Kamis 16 Jul 2020 17:11 WIB

Risma Larang Takbir Keliling Saat Idul Adha

Limbah atau kotoran juga harus dibuang di tempat yang sudah disediakan.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Muhammad Fakhruddin
Risma Larang Takbir Keliling Saat Idul Adha (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Risma Larang Takbir Keliling Saat Idul Adha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menggelar audiensi dengan 200 orang perwakilan takmir dan pengurus masjid se-Surabaya melalui video teleconference di Balai Kota Surabaya, Kamis (16/7). Pertemuan via daring tersebut membahas persiapan Sholat Idul Adha dan qurban yang berlangsung pada 31 Juli 2020.

Hal tersebut berpedoman pada Surat Edaran (SE) Menteri Menteri Agama (Menag) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Sholat Idul Adha dan Qurban 1441 Hijriah. Selain itu, SE Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kemeterian Pertanian (Kementan) tentang Pelaksanaan Kegiatan Qurban dalam Situasi Wabah Bencana Non Alam Covid-19.

Risma mengingatkan, pelaksanaan Sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan qurban harus berpedoman pada SE tersebut. Yakni dilaksanakan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan. Menurutnya itu sangat penting dalam upaya menekan penularan Covid-19 di Surabaya.

“Bapak, saat ini beberapa wilayah di Surabaya sudah ada yang zona hijau. Artinya kita harus menjaga dan terus meningkatkan kedisiplinan. Protokol kesehatan hukumnya wajib tidak bisa ditawar,” Risma.

Risma mengaku tak ingin saat perayaan Idul Adha malah menjadi penyebaran Covid-19 antarmasyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan agar pada pelaksanaan Sholat Idul Adha, jaga jarak atau physical distancing harus benar-benar ditegakkan.

“Sebelum masuk masjid di depannya sudah disediakan air mengalir dan sabun, cek suhu tubuhnya. Untuk takbir tidak ada takbir keliling ya,” ujar Risma.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu juga mengimbau agar pemotongan hewan qurban dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH), masjid, atau mushola dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Untuk satu ekor sapi terdiri dari lima sampai tujuh petugas yang menyembelih. Kemudian satu ekor kambing terdiri dari dua sampai tiga petugas,” kata Risma.

Demi mencegah terjadinya kerumunan, Risma juga meminta saat mendistribusikan daging, panitia yang berkeliling mengantar ke rumah warga. “Daging qurbannya dikemas dengan daun atau besek. Petugas yang mendistribusikan juga mengenakan masker maupun face shield,” kata Risma.

Risma juga meminta saat penyembelihan hewan qurban, kebersihan lokasi dan peralatan harus diperhatikan. Bahkan limbah atau kotoran juga harus dibuang di tempat yang sudah disediakan. “Panitianya harus segera membersihkan diri,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement