Sabtu 26 Sep 2020 10:46 WIB

Cerita Perempuan Arab Saudi Pertama Menjadi Sopir Ambulans

Sara mengaku senang bekerja sebagai sopir ambulans.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Cerita Perempuan Arab Saudi Pertama Menjadi Sopir Ambulans. Sara Al-Anizi adalah perempuan Arab Saudi yang memilih profesi sebagai sopir ambulans.
Foto: Saudi Gazette
Cerita Perempuan Arab Saudi Pertama Menjadi Sopir Ambulans. Sara Al-Anizi adalah perempuan Arab Saudi yang memilih profesi sebagai sopir ambulans.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perempuan Arab Saudi kembali membuat jejak mereka di semua bidang profesi yang selama ini didominasi kaum laki-laki. Untuk pertama kalinya, seorang perempuan Arab Saudi menjadi sopir ambulans untuk membawa pasien ke rumah sakit.

Sara Al-Anizi adalah perempuan yang memilih profesi sebagai sopir ambulans. Sara mengaku senang dengan pekerjaannya itu.

Baca Juga

"Saya memiliki perasaan yang sangat baik, ketika saya meletakkan kepala saya di atas bantal sebelum tidur, saya menjadi perantara Allah untuk membantu menyelamatkan hidup seseorang," kata Sara yang ditugaskan di Kota Kedokteran King Fahd di Riyadh.

Sejak masa kanak-kanak, Sara bercita-cita melakukan pelayanan medis. Ia bahkan dijuluki sebagai dokter rumahan oleh ayahnya karena kerap membantu orang dengan membalut luka mereka dengan perban.

 

"Ketika saya masih muda, saya biasa menyimpan perban. Jika ada yang cedera, mereka akan memanggil saya untuk meminta bantuan. Ini sebuah kebahagiaan besar, terutama karena ayah saya menyebut saya dokter rumahan," katanya dalam film dokumenter dilansir di Saudi Gazette, Sabtu (26/9).

Sebelum memulai pekerjaan sehari-harinya sebagai sopir ambulans, Sara mengaku selalu memeriksa kendaraannya di pagi hari sebelum berangkat bekerja. Hal ini menurutnya akan mendukung pekerjannya menjadi lebih tenang.

"Saya mendapatkan pengalaman dan kepercayaan diri yang tinggi dari mengemudikan ambulans," katanya.

Bagi dirinya dan anggota tim medis, merebaknya virus corona merupakan kondisi yang sulit. Ia juga bagian dari garda terdepan yang harus menangani pasien.

"Kami yang pertama menangani pasien. ltu adalah tantangan besar. Saya akan menengok ke belakang dan mengingat keluarga saya, anak-anak, dan ibu saya tanpa mengetahui apa yang tersedia untuk saya. Tapi alhamdulillah, saya mengantarkan pasien ke karantina dan senang melakukan ini," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement