Rabu 17 Feb 2021 19:31 WIB

Tak Boleh Asal Miqat, Perhatikan Tempat-tempat Miqat

Seorang penyair merangkum nama-nama miqot itu dalam beberapa bait syairnya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Tak Boleh Asal Miqat, Perhatikan Tempat-tempat Miqat (ilustrasi).
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Tak Boleh Asal Miqat, Perhatikan Tempat-tempat Miqat (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Bagi orang yang melakukan ibadah haji dan umrah, tidak diperbolehkan melampaui Miqat-miqat yang telah dijelaskan dan ditentukan tempat serta namanya oleh Rasulullah, kecuali keadaan berihram. Hal tersebut disampaikam Dr Thariq As-Suwaidan dalam bukunya Misteri Haji dan Umrah, Mengungkap Rahasia Besar Amalan Haji dan Umrah.

Karena tempat-tempat Miqat telah ditentukan itu berlaku bagi siapa saja yang melintasinya. Baik itu penduduk asli daerah sana atau bukan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata: 

"Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW menetapkan Dzulhulaifah (Bir-Ali) setiap Miqatnya penduduk Madinah (sekitar 400 Km dari Makkah) dan menentukan Juhfah sebagai Miqatnya penduduk Syam (sekitar 200 km dari Makkah) dan menetapkan Qarnu al-Manazil sebagai miqatnya penduduknya Najd (94 km dari Makkah) dan menetapkan Yalamlam sebagai miqatnya penduduk Yaman ( 54 km dari Makkah). Semua Miqat itu berlaku bagi para penduduk yang bermukim di daerah sana, dan bagi orang-orang daerah lain yang melintasnya untuk tujuan melakukan ibadah haji atau umrah. Siapa yang hendak melakukan haji atau umroh, dan dia berada di dalam daerah tersebut maka dia berihram di tempat dia tinggal. 

Bagi mereka yang tinggal di kawasan Miqat tersebut maka mereka berihram dari tempat di mana mereka berada atau tempat mereka tinggal di dalam kawasan Miqat tersebut. Demikian juga untuk penduduk Makkah, mereka cukup berihram dari tempat tinggal mereka masing-masing." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Beliau juga telah menetapkan Dzatu Iraq  sebagai miqatnya penduduk Irak.(54 km dari Makkah).

Seorang penyair merangkum nama-nama miqot itu dalam beberapa bait syairnya: "Irq miqatnya penduduk Irak, Yalamlam miqatnya warga Yaman. Dari Dzulhulaifah penduduk Madinah berihram. Jika kau lintas juhfah, maka itulah miqatnya penduduk Syam dan penduduk Najd miqatanya Qam, maka perhatikanlah!"

Dr Thariq As-Suwaidan menyarankan, jika telah sampai miqot, maka disunnahkan untuk mandi atau berwudhu, mencukur kumis, dan memendekkan rambut serta memotong kuku ketika semua ini disunahkan jika jamaah haji belum melakukannya sebelum sampai Miqat. Akan tetapi, jika sejak sebelum keberangkatan dia telah melakukannya, maka itu telah cukup dan tidak perlu melakukannya lagi itu sampai.

"Dengan melakukan semua itu berarti dia telah suci secara jasmani dan rohani," katanya.

Namun, ihram tetap belum bisa dimulai, kecuali jika telah sampai Miqat begitu juga halnya dengan memakai pakaian ihram dan mengucapkan talbiyah. Penentuan Miqat adalah perkara yang sudah ditentukan oleh syariat dan tidak boleh diubah.

Bumi sendiri terbagi dalam beberapa wilayah menurut pandangan Islam, dan setiap wilayah memiliki hukum tersendiri dalam beberapa hal sesuai dengan fiqih Islam. 

Miqat itu ada dua bagian. Pertama kawasan haram, kedua kawasan halal. Dan kawasan halal juga ada dua bagian, pertama kawasan Miqat, dan kedua kawasan afak (negeri-negeri jauh).

Pada setiap kawasan telah ada ketentuan hukumnya tersendiri telah digariskan apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement