Senin 16 Aug 2021 05:40 WIB

Ketakutan Wanita Afghanistan Jika Taliban Berkuasa

Ketakutan Wanita Afghanistan Jika Taliban Berkuasa

Rep: Fergi Nadira/ Red: Muhammad Hafil
Ribuan keluarga terlantar di satu taman di Kabul, Afghanistan, pada 11 Agustus 2021. Sekitar 30.000 keluarga telah mengungsi karena bentrokan pemerintah dan Taliban di provinsi utara.
Foto: Anadolu Agency
Ribuan keluarga terlantar di satu taman di Kabul, Afghanistan, pada 11 Agustus 2021. Sekitar 30.000 keluarga telah mengungsi karena bentrokan pemerintah dan Taliban di provinsi utara.

IHRAM.CO.ID,KABUL -- Sore kala itu, Zahra, ibu, dan tiga saudara perempuanya berjalan menuju rumah saudara perempuan lainnya untuk makan malam. Tiba-tiba mereka melihat orang berlarian dan mendengar suara tembakan di jalan.

 

Baca Juga

"Taliban ada di sini!" orang-orang berteriak. Hanya dalam beberapa menit segalanya berubah bagi penduduk Herat, kota terbesar ketiga di Afghanistan. Zahra dibesarkan di Afghanistan yang sebelumnya telah terbebas cengkraman kekuasaan Taliban, di mana kaum perempuan berani memimpikan karier dan anak perempuan mendapat pendidikan.

 Selama lima tahun terakhir, Zahra telah bekerja dengan organisasi nirlaba lokal untuk meningkatkan kesadaran bagi perempuan dan mendesak kesetaraan gender. Namun impian dan ambisinya runtuh pada Kamis (13/8) malam ketika Taliban menyerbu ke kota tempat dia tinggal.

Di sana, Taliban mengibarkan bendera putih mereka yang dihiasi dengan proklamasi iman di alun-alun pusat. Seperti kebanyakan warga lainnya, Zahra, orang tua, dan lima saudara kandungnya kini meringkuk di dalam rumah. Mereka terlalu takut untuk keluar dan mengkhawatirkan masa depan jika Taliban kembali berkuasa.Associated Press memilih untuk tidak mengidentifikasi dia dengan nama lengkapnya untuk menghindari menjadikannya target.

"Saya sangat terkejut," kata Zahra, seorang wanita muda berwajah bulat dan bersuara lembut itu. "Bagaimana mungkin saya sebagai wanita yang telah bekerja keras dan berusaha untuk belajar dan maju, sekarang harus menyembunyikan diri dan tinggal di rumah?" Matanya berlinang air mata saat dia mempertimbangkan kemungkinan bahwa dia tidak akan dapat kembali bekerja, saudara perempuannya yang berusia 12 tahun juga tidak dapat melanjutkan sekolah, dan kakak laki-lakinya tidak akan bisa bermain sepak bola, atau dia tidak akan bisa bermain gitar dengan bebas lagi.

Di tengah serangan kilat selama beberapa hari terakhir, Taliban kini menguasai lebih dari dua pertiga negara itu. Ini terjadi hanya dua pekan sebelum AmerikaSerikat (AS) menjadwalkan untuk menarik pasukan terakhirnya. Dan Taliban, perlahan mendekati ibu kota, Kabul.

Badan pengungsi PBB mengatakan hampir 250 ribu warga Afghanistan telah meninggalkan rumah mereka sejak akhir Mei di tengah kekhawatiran Taliban akan menerapkan kembali interpretasi yang ketat dan kejam tentang Islam, kecuali menghilangkan hak-hak perempuan. 80 persen dari mereka yang mengungsi adalah perempuan dan anak-anak.

Selama lima tahun sampai invasi dukungan AS 2001, Taliban memerintah Afghanistan dengan keras. Selama menguasai waktu itu, kelompok fundamentalis melarang anak perempuan mendapatkan pendidikan dan hak perempuan untuk bekerja, dan bahkan menolak untuk membiarkan mereka bepergian ke luar rumah mereka tanpa seorang kerabat laki-laki untuk menemani mereka. Taliban juga melakukan eksekusi publik, memotong tangan pencuri dan melempari wanita yang dituduh berzina dengan batu.

Belum ada laporan yang dikonfirmasi tentang tindakan ekstrem semacam itu di daerah-daerah yang baru-baru ini direbut oleh milisi Taliban. Namun militan dilaporkan telah mengambil alih beberapa rumah dan membakar setidaknya satu sekolah.

Di sebuah taman di Kabul, yang diubah menjadi tempat penampungan bagi para pengungsi, keluarga mengatakan, bahwa gadis-gadis yang mengendarai becak bermotor di provinsi Takhar utara dihentikan dan dicambuk karena mengenakan sandal terbuka. Seorang guru sekolah dari provinsi mengatakan, tidak ada yang diizinkan pergi ke pasar tanpa pendamping laki-laki. Sekitar 3.000 keluarga terutama dari provinsi utara yang baru-baru ini diambil alih oleh Taliban sekarang tinggal di tenda-tenda di dalam taman, sementara beberapa di trotoar.

Ketakutan Taliban kembali berkuasa mengakar di mana-mana, terutama kalangan perempuan. "Saya merasa kami seperti burung yang membuat sarang untuk mencari nafkah dan menghabiskan waktu untuk membangunnya, tetapi kemudian tiba-tiba dan tak berdaya melihat orang lain menghancurkannya," kata Zarmina Kakar, aktivis hak-hak perempuan berusia 26 tahun di Kabul.

Kakar berusia satu tahun ketika Taliban memasuki Kabul pertama kali pada 1996, dan dia ingat saat ibunya mengajaknya keluar untuk membeli es krimnya, saat Taliban berkuasa. Ibunya dicambuk oleh seorang pejuang Taliban karena memperlihatkan wajahnya selama beberapa menit.

"Hari ini lagi, saya merasa bahwa jika Taliban berkuasa, kita akan kembali ke hari-hari kelam yang sama," katanya.

sumber:

https://apnews.com/article/religion-taliban-7ab054c063e4ea1c14be9e4811f42982?utm_campaign=SocialFlow&utm_source=Twitter&utm_medium=AP

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement