Jumat 02 Oct 2015 10:48 WIB

Kemenag Seriusi Penggunaan Gelang GPS

Jamaah Haji
Foto: Youtube
Jamaah Haji

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Kementerian Agama kembali mengeluarkan rencana melengkapi gelang identitas jamaah haji dengan fasilitas Global Positioning System (GPS). Pemasangan ini untuk memudahkan petugas mencari jamaah haji ketika mereka tersasar di tanah suci.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan perlu ada terobosan untuk mengatasi persoalan jamaah ‎yang kerap kebingungan menemukan jalan ke pemondokannya selama rangkaian ibadah haji. "Gelang identitas jamaah sudah saatnya dipasang cip sehingga dapat terdeteksi melalui GPS," kata dia, seperti dilaporkan wartawan Republika, Ratna Puspita, Kamis (1/10).

Lukman menyatakan ide menyematkan GPS dalam gelang identitas jamaah memang bukan ide baru. Ide ini pernah muncul tahun lalu dan akan diterapkan pada penyelenggaraan haji tahun ini. "Tapi, tidak cukup waktu," ujar dia.

Lukman menambahkan perbaikan-perbaikan dalam identitas jamaah merupakan keniscayaan mengingat permasalahan banyaknya jamaah yang kebingungan ‎menemukan jalan ke pemondokannya berulang setiap tahun. Apalagi pada penyelenggaraan tahun ini ada peristiwa di Jalan 204, Mina, yang menyebabkan 74 orang belum kembali ke pemondokan hingga Kamis ini.

Kasus jamaah bingung kembali ke pemondokannya kerap terjadi pada mereka yang tinggal di dekat Masjidil Haram. Tidak ada layanan bus shalawat sehingga mereka harus berjalan kaki. Pada perjalanan menuju pemondokan, ada jamaah yang salah berbelok atau berjalan ke arah yang lain.

Kasus meningkat pascaprosesi melontar jumrah di Jamarat, Mina, pada 10 Zulhijjah. Jamaah harus bergerak dari tendanya menginap dengan berjalan kaki untuk melontar. Ada banyak pintu keluar yang dapat menyulitkan jamaah kembali ke arah tendanya.

Menurut Lukman, persoalan jamaah di Mina dapat diatasi dengan perbaikan fasilitas. Tenda-tenda di Mina seharusnya dapat ditingkat sehingga jamaah tidak perlu ditempatkan di Wadi Muhassir atau Mina Jadid.

Lokasi tenda di Wadi Muhassir terlalu jauh ke Jamarat berpotensi membuat jamaah kesulitan menemukan arah ke Jamarat dan kembali ke tenda. "Dari sisi syar'i, Wadi Muhassir atau yang kita kenal dengan Mina Jadid juga masih problematik," ujar Lukman.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement