Kamis 16 Aug 2018 12:31 WIB

Menengok Pemondokan Menteri Agama dan Amirul Haj

Mereka tinggal di pemondokan yang tak lebih baik dari pemondokan para jamaah haji.

Rep: Muhyiddin/ Red: Andi Nur Aminah
Amirul Haj Indonesia Menag Lukman Hakim Saifuddin tiba di Bandara King Abdulaziz Jeddah, Sabtu (11/8). Ia meminta para jamaah mendoakan keselamatan dan kedamaian Indonesia.
Foto: REPUBLIKA/Fitriyan Zamzami
Amirul Haj Indonesia Menag Lukman Hakim Saifuddin tiba di Bandara King Abdulaziz Jeddah, Sabtu (11/8). Ia meminta para jamaah mendoakan keselamatan dan kedamaian Indonesia.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis saat ini sedang berada di Arab Saudi dalam rangka memenuhi undangan Raja Arab Saudi. KH Cholil juga menyempatkan diri berkunjung ke pemondokan Menteri Agama Lukmam Hakim Saifuddin berserta anggota Amirul Haj.

"Alhamdulillah, di sela-sela acara sebagai tamu Allah dan tamu Raja Arab Saudi sempat berkunjung ke Menteri Agama dan rombongan Amirul Haj di penginapannya, Wisma II Daerah Kerja Makkah, di Syisyah, Makkah," ujar KH Cholil kepada Republika.co.id melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/8).

Setelah sampai di lokasi, KH Cholil pun sempat melihat bahwa kondisi pemondokan yang dihuni Menteri Agama dan anggota Amirul Haj lainnya tidak jauh berbeda dengan pemondokan jamaah. "Sesampainya di penginapan, para Amirul Haj, termasuk Menteri Agama RI, itu tak seperti yang kita bayangkan. Mereka tinggal di pemondokan yang tak lebih baik dari pemondokan para jamaah haji. Saya sempat masuk ke kamar anggota Amirul Haj yang kondisinya tak lebih baik dari hotel kelas melati," kata KH Cholil.

KH Cholil mengaku sempat menanyakan kepada Menteri Agama dan beberapa anggota Amirul Haj lainnya tentang alasan mau tinggal di tempat sederhana seperti itu. Amirul Haj Masduki Baidhawi menjawab bahwa Amirul Haj ingin turut merasakan apa yang dirasakan para jamaah haji.

"Jawab Pak Masduki Baidhawi, anggota Amirul Haj yang diamini oleh Menteri Agama bahwa ia ingin sama dengan para jamaah haji. Alasannya, karena yang digunakan adalah uang rakyat," ucapnya.

Menurut KH Cholil, dalam penyelenggaraan ibadah memang tidak membedakan antara penyelenggara, pemimpin, dan jamaah. Menurut dia, pemimpin itu pelayan bagi umat, maka harus merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat agar menyatu dalam rasa dan cinta.

"Inilah kondisi penyelenggaraan ibadah haji yang tak membedakan antara penyelenggara, pemimpin, dan jamaah. Padahal, menurut cerita teman yang pernah menjadi wakil Amirul Haj sembilan tahun lalu fasilitasnya baik sekali dan sangat istimewa dengan fasilitas yang sempurna," katanya menjelaskan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement