Ahad 16 Sep 2018 16:56 WIB

Al Balad, Sebuah Mesin Waktu Saudi Kuno

Jeddah saksi bisu sejarah perjalanan ibadah haji Muslim sedunia.

Suasana Kota Tua Jeddah di kawasa Al Balad.
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Jamaah menuju Debarkasi Balikpapan tiba di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (6/9). Kebanyakan jamaah rombongan tersebut sudah mengenakan masker sehubungab kabut debu yang menyelimuti Jeddah sejak Rabu (5/9) malam.

Jeddah saat ini dan dulu juga tidak pernah bisa dipisahkan dari ibadah haji dan umrah. Salah satu kota pelabuhan terpenting Saudi itu menjadi salah satu gerbang keluar masuknya jamaah haji dan umrah dari dan ke dua Tanah Suci.

Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH) menyebut Jeddah menjadi titik mula jamaah menepi dari laut ke darat dan sebaliknya sejak pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan pada 647 Masehi atau 26 Hijriyah.

Jamaah Indonesia juga menggunakan pelabuhan di Jeddah untuk memulai ibadah haji dan umrahnya, terutama di masa penjajahan Belanda. Pemerintah kolonial saat itu tetap memberi ruang kepada orang pribumi untuk menunaikan haji meski sembari diawasi pergerakannya.

Di Al Balad memang saat ini tidak ada titik pasti lokasi kantor urusan imigrasi yang mengurusi pribumi Hindia Belanda. Hanya saja, jika memang tidak ada di lokasi tersebut maka tempatnya tidak akan jauh dari Kota Tua Jeddah.

Satu hal yang pasti beberapa kantor badan internasional ditemukan di kota ini, seperti Organisasi Penyiaran Negara Islam, Badan Dana Ilmu, Teknologi dan Pembangunan, Badan Solidaritas Islam, Bank Pembangunan Islam, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan lain-lain.

Pada era modern, Jeddah tidak kehilangan perannya sebagai gerbang jamaah Indonesia untuk berhaji. Terdapat dua gelombang penerbangan kelompok terbang Indonesia di masa kini.

Merujuk Rencana Perjalanan Haji Indonesia 2018, gelombang pertama kloter mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA) Madinah dan saat pulang akan lepas landas dari Bandar Udara King Abdulaziz International Airport (KAIA) Jeddah. Sementara gelombang dua kloter, mendarat di Jeddah dan kembali ke Tanah Air.

Singkat kata, Jeddah tak pernah habis diterpa zaman untuk menjadi pintu keluar masuknya jamaah haji Indonesia sejak era pengelolaan oleh sahabat Rasulullah Muhammad SAW, Kekhalifahan Turki Utsmani hingga masa Kerajaan Arab Saudi berkuasa di masa sekarang. Zaman boleh berubah tapi Al Balad tak pernah bisa dilewatkan sebagai saksi bisu sejarah perjalanan ibadah haji Muslim sedunia dari masa ke masa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement