Kamis 11 Apr 2019 10:05 WIB

Peran Ulama Dibutuhkan dalam Edukasi Kesehatan Haji

Ulama merupakan panutan masyarakat terutama soal kesehatan haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah petugas kesehatan Arab Saudi memberikan imbauan kesehatan pada jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (9/8). Pada musim haji kali ini, petugas Arab Saudi kerap terlihat berinteraksi denga  jamaah dari berbagai negara termasuk Indonesia
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Sejumlah petugas kesehatan Arab Saudi memberikan imbauan kesehatan pada jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (9/8). Pada musim haji kali ini, petugas Arab Saudi kerap terlihat berinteraksi denga jamaah dari berbagai negara termasuk Indonesia

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Peran ulama diperlukan dalam memberikan informasi dan eduksi kesehatan kepada calon haji. Dalam penyelenggaraan haji masukan ulama selalu menjadi rujukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Sangat penting banget karena ulama itu sebagai panutan masyarakat terutama yang berkaitan dengan masalah haji," kata Kepala Bidang (Kabid) Pembimbingan dan Pengendalian Faktor Resiko Kesehatan Haji (Kemenkes), Dr Rosidi Roslan saat berbincang dengan Republika setelah menjadi pemateri sosialisasi hasil Ijtima MUI tentang istitha'ah kesehatan jamaah haji, di Bogor, Rabu (10/4).

Baca Juga

Rosidi Roslan mengatakan, salah satu peran ulama mensosialisasikan hidup sehat sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. "Kemekes tidak bisa berdiri sendiri. Karena prinsipnya kita itu adalah menciptakan sebuah sinergitas antara ulama dan Kemenkes dan lintas kementerian yang lain," katanya.

Menurut Rosidi Roslan, dengan adanya sinergisitas dalam penyelenggaraan ibadah haji antara ulama dan Kemenkes, terutama dalam penetapan Istithaah itu bisa berjalan dengan baik. Sehingga sebelum menetapkan jamaah haji tidak Istitha'ah ulama diminta pendapatnya lebih dulu.

"Nah pernan ulama kita penting untuk memberikan pemahaman, pengertian yang baik terhadap para calon jamah haji yang belum waktunya atau tertunda keberangkatan hajinya," katanya.

Rosidi Roslan yakin ketika yang memberikan penetapan istitha'ah atau tidak istitha'ah kepada jamaah haji itu adalah seorang ulama, maka jamaah haji akan terima dan tidak akan kecewa ketika dalam tahun ini misalnya ada calon jamaah haji tiak bisa diberangkatkan karena syarat Istithaan tidak terpenuhi.

"Ulama karena dia panutan masyarakat maka para jamaah haji itu pasti percaya. Artinya dengan ulama yang ngomong beda dengan orang kesehatan yang ngomong," katanya.

Jadi, kata Rosidi jamaah haji akan menerima ketika keberangkatkanya ditunda itu yang menyampaikannya ulama. Kenapa demikian, karena tekait haji itu merupakan masalah keagamaan dan Kemenkes didengar ketika menyampaikan masalah kesehatan.

"Kita di Kemenkes senang ketika jamaah haji itu diberangkatakan jamaah dalam kondisi sehat dan prima," katanya.

Kemenkes akan terus membangun hubungan dengan ulama demi tercapainya penyelenggaraan kesehatan haji yang lebih baik, melalui memberikan infomasi yang cukup tekait pengetahuan kesehatan kepada ulama.

"Bisa sifatnya peran aktif bisa dari sisi ulamanya sendiri bisa melihat atau mencari informasi-informasi update mengenai kesehatan," katanya.

Dalam hal ini Kemenkes aka mengupdate atau menambah ilmu pengetahuan mengenai kesehatan. Dan itu sudah dilakukan Kemenkes dengan membuat kelompok diskusi dan penyuluhan dengan para ulama.

"Ini bisa dikembangin oleh ulama. Tapi intinya adalah kita mengajak karena salah satu hal-hal faktor yang mempengaruhi dari penyelenggaraan kesehatan haji adalah dukungan masyarakat dan ulama," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement