Kamis 25 Apr 2019 16:54 WIB

Petugas Non-Kloter Dibekali Pengetahuan Kesehatan Haji

Pembekalan diikuti sebanyak 1.108 calon petugas.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Hasanul Rizqa
Para calon petugas haji PPIH Arab Saudi mengikuti pembekalan Terintegrasi yang diselenggarakan Kemenag di Asrama Haji Pondok Gede, Selasa (23/4).
Foto: Republika/Syahrudin El Fikri
Para calon petugas haji PPIH Arab Saudi mengikuti pembekalan Terintegrasi yang diselenggarakan Kemenag di Asrama Haji Pondok Gede, Selasa (23/4).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Seluruh petugas haji dinilai mesti memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mumpuni terkait kesehatan haji. Apalagi, jumlah calon jamaah haji Indonesia yang memiliki risiko tinggi (risti) pada tahun ini mencapai sekitar 40 persen.

Hal ini disampaikan dr Edi Supriyatna selaku narasumber Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.

Baca Juga

“Pengetahuan seputar kesehatan haji tidak hanya perlu dimiliki oleh petugas kesehatan. Karena, bisa jadi suatu ketika tiap petugas akan menemui jamaah-jamaah yang memerlukan bantuan kesehatan segera, sementara petugas kesehatan tidak berada pada posisi yang dekat dengan mereka,” ujar Edi dikutip dari laman resmi Kemenag, Kamis (25/4).

Pembekalan Terintegrasi Petugas Haji Arab Saudi Tahun 1440H/2019M ini berlangsung selama sepuluh hari sejak 23 April - 2 Mei 2019. Pembekalan ini diikuti oleh 1.108 calon petugas PPIH Arab Saudi yang terdiri dari petugas Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), TNI, Polri, dan Instansi terkait lainnya serta unsur Media Center Haji.

Mereka adalah petugas yang akan melayani jemaah haji dan akan bertugas selama 60 hingga 72 hari di Arab Saudi. Edi juga menyebut untuk mengantisipasi jamaah risti maka tiap petugas perlu mengetahui beberapa ciri-ciri jamaah risti.

"Salah satunya yang paling bisa kita lihat adalah adanya gelang berwarna orange yang digunakan oleh jamaah haji. Bila melihat itu, petugas harus sudah mulai bersiap dan memantau,” katanya.

Beberapa gangguan yang perlu dipantau bagi jamaah haji risti antara lain akibat penyakit menahun seperti diabetes melitus, jantung, dan hipertensi. Jamaah risti juga memiliki risiko ganguan kesehatan bila ia mengalami diare, kelelahan, hingga heat stroke.

Oleh karena itu, diperlukan beberapa edukasi kesehatan yang perlu diketahui dan diberiikan petugas kepada jamaah haji. Ia mencontohkan, untuk mencegah diare, petugas dapat mengingatkan agar tiap jamaah jangan lupa menjaga pola hidup bersih dan sehat dan jangan lupa cuci tangan sebelum makan.

Gangguan kesehatan akibat kelelahan dan heat stroke banyak dialami oleh jemaah haji risti ini. “Salah satu edukasi yang dapat diberikan bagi jemaah risti ialah dengan menjaga pola aktivitasnya, jangan memaksakan mengikuti ibadah-ibadah yang bukan wajib,” ujar Edi.

Seperti diberitakan sebelumnya, calon jamaah haji tertua yang akan berangkat ke Tanah Suci pada musim haji tahun ini ialah Rahma Alhasin. Usianya mencapai 105 tahun.

Direktur Jenderal Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah Kemenag, Nizar Ali, menyebut usia Rahma terhitung setahun lebih tua dibandingkan usia jamaah haji tertua tahun kemarin.

"Nanti ia akan mendapatkan fasilitas dan perhatian khusus dari Pemerintah Arab Saudi. Termasuk penjemputan khusus dan peliputan dari media-media di Arab Saudi," ujar Nizar.

Usia Rahma dinilai sudah cukup sepuh, bahkan lebih dari satu abad. Karena itu, tingkat kewaspadaan dan antisipasi perlu ditingkatan para petugas haji Indonesia. Rahma sendiri merupakan calon jamaah haji asal Kabupaten Fak Fak, Papua Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement