Sabtu 06 Jul 2019 11:35 WIB

Petugas Haji, Pelayan Tamu-Tamu Allah

Petugas haji siap memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan kepada jamaah.

Syahruddin El Fikri/Wartawan Republika.co.id
Foto: Dok Pri
Syahruddin El Fikri/Wartawan Republika.co.id

IHRAM.CO.ID, Oleh Syahruddin El-Fikri dari Madinah, Arab Saudi

Baca Juga

Alhamdulillah wa syukru lillah. Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Sebab, atas rahmat dan ridha-Nya, pada musim haji 1440 H/2019 Masehi ini, penulis berkesempatan menjadi petugas haji. Artinya penulis akan menjadi 'pelayan tamu-tamu Allah SWT' dalam menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

Menjadi petugas haji, berarti siap memberikan pelayanan, pembinaan, dan perlindungan kepada jamaah haji. Tanpa terkecuali, siapa pun jamaah haji, dari mana pun mereka berasal, pria maupun wanita, dan apa pun pekerjaan mereka, yang memerlukan bantuan, maka setiap petugas haji harus berada di garda terdepan dalam melayani tamu-tamu Allah (dhuyufurrahman) ini.

Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Saifuddin, Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali, Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi H Dasir, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, saat memberikan pembekalan kepada petugas haji yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1440 H/2019 M pada 24 Mei lalu, serta dalam kesempatan lainnya, sering mengungkapkan betapa istimewanya menjadi petugas haji. Karena dapat melayani jamaah haji yang menjadi tamu-tamu Allah.

"Berapa banyak mereka yang ingin menjadi petugas haji, namun mereka tidak terpilih. Justru, bapak dan ibu yang terpilih menjadi petugas untuk melayani tamu-tamu Allah. Ini adalah tugas mulia dan penuh keistimewaan," kata Menag Lukman Hakim.

Lukman menyebutkan, setiap tahun ada puluhan ribu yang ingin menjadi petugas haji, namun hanya sedikit yang terpilih menjadi petugas. Untuk itu, kata dia, sudah seharusnya tugas mulia ini dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

"Bapak dan ibu adalah orang pilihan, dan kami percaya bahwa petugas haji adalah orang-orang terbaik saat ini yang diberikan kesempatan dalam melayani jamaah haji. Jangan sia-siakan tugas mulia ini," ujarnya.

photo
Petugas haji yang tergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1440 H Daerah Kerja (Daker) Bandara menggelar apel pagi, Sabtu (6/7) waktu Madinah untuk menyambut kedatangan rombongan jamaah haji kloter pertama Embarkasi Surabaya. Apel pagi dipimpin Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat. Kloter pertama dijadwalkan tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz sekitar pukul 10.00 waktu Arab Saudi.

Menag Lukman menambahkan, petugas haji bukan saja mewakili instansi apalagi pribadi. Menjadi petugas haji, kata dia, juga tugas negara. "Bapak dan ibu mewakili negara. Karena itu bawa nama negara dengan sebaik-baiknya. Jaga nama baik pribadi, nama instansi, dan nama negara," harapnya.

Tentu saja ada perasaan bahagia dan senang atas ungkapan tersebut. Sebab, saya yang fakir ini diberi kesempatan untuk menjadi salah satu dari sekitar 1200 petugas haji yang tergabung dalam PPIH 2019 untuk 'pelayan para tamu-tamu Allah'.

Keluarga, sahabat, rekan sejawat, relasi, maupun lainnya yang mendengar kabar ini, tentu saja turut bahagia. Ungkapan syukur terucap secara langsung saat berjumpa maupun yang dikirimkan melalui pesan singkat. "Selamat, turut bahagia, alhamdulillah, dan kata-kata lainnya" sebagai ungkapan kebahagiaan dan kegembiraan.

Namun demikian, tentu saja kebahagiaan ini tidak boleh membuat lupa diri. Apalagi takabur (angkuh/sombong), sebab kesombongan itu bisa menjadi bumerang yang tidak baik bagi diri pribadi, keluarga, maupun lainnya.

Penulis sadar, tugas mulia ini tidak ringan. Justru ini tugas yang sangat berat. Seluruh petugas haji menyadari hal ini. Banyak faktor yang membuat tugas ini tidak ringan.

Di antaranya, pertama, penyelenggaraan ibadah haji dilakukan di Arab Saudi, negeri orang dengan latar belakang budaya, bahasa, dan adat istiadat yang berbeda. Kedua, jumlah jamaah yang dilayani sebanyak 214 ribu jamaah haji reguler (17 ribu haji khusus) sementara keberadaan petugas haji secara nasional sekitar 4500 orang. Artinya, satu petugas harus melayani sedikitnya 52 orang.

Ketiga, jumlah jamaah yang demikian besar itu, berasal dari seluruh wilayah Indonesia yang berbeda-beda bahasa, budaya, adat istiadat, tingkat pendidikan, usia, dan lain sebagainya. Karenanya, petugas haji harus mampu memahami tugas dan fungsinya dengan baik.

"Bila menyaksikan ada jamaah yang memerlukan bantuan, hendaknya petugas haji sigap mengambil langkah untuk membantu," kata Direktur Bina Haji Kementerian Agama Khoirizi H Dasir belum lama ini.

photo
TPP sedang memandu senam peregangan untuk petugas haji selama berada di dalam pesawat penerbangan Jakarta-Jeddah, Kamis (4/7).

"Bila mereka bertanya, 'siapa petugas haji?', 'di mana petugas haji?', maka katakan kepada jamaah, 'saya, petugas haji'. Jangan ragu, katakan: 'saya petugas haji, siap membina, melayani, melindungi jamaah haji'," jelasnya.

Tujuannya apa? "Agar jamaah merasa tenang, aman, dan nyaman, dalam menjalankan ibadah haji," lanjut Khoirizi.

Tentu saja, sebagai petugas haji, menjadi 'pelayan tamu-tamu Allah' harus siap lahir batin, siap fisik, dan memberikan yang terbaik untuk jamaah haji.

"Jika jamaah senang, aman, nyaman, dan tentram dalam melaksanakan ibadah haji, insya Allah, pahalanya akan berlipat ganda didapatkan petugas haji.

Semoga Allah SWT meridhai penulis dan seluruh petugas haji dalam melayani tamu-tamu Allah ini sehingga mereka tenang dan nyaman dalam melaksanakan ibadah haji agar mendapat haji yang mabrur. Aamiin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement