Senin 08 Jul 2019 22:52 WIB

Susah Payah Haji di Usia Senja Sang Pelaut

Ismail pernah bekerja sebagai pelaut.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji melintas di Jamarat untuk melempar jumrah selajutnya, Senin (12/9). (Fazry Ismail/EPA)
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA
Jamaah haji melintas di Jamarat untuk melempar jumrah selajutnya, Senin (12/9). (Fazry Ismail/EPA)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Ismail berdiam diri begitu saja saat memperhatikan petugas memasang gelang identitas. Setelah selesai, dia menyeret kakinya sembari berpegangan pada meja menuju petugas berikutnya. Gerakannya lambat menggeser badan. Ismail pelan menuju petugas yang membagikan uang living cost (biaya hidup).   

Di usianya yang ke-95 tahun, akhirnya Ismail bisa berangkat ke tanah suci. Tidak bersama istrinya, Ismail berhaji dengan keponakannya. Meskipun sempoyongan dan tertatih, Ismail tidak mengenakan kursi roda.   

Baca Juga

Pria bernama lengkap Ismail Achmad Bakka itu menjadi calon jamaah haji (calhaj) tertua asal Jakarta Pusat (Kelompok terbang 3). “Alhamdulillah masih sehat, tapi ini kaki sakit,” kata pria yang tumbuh besar di Provinsi Riau itu, Senin (8/7).  

Ayah dua anak itu mendaftar ibadah haji pada 2016 lalu. Dia mengumpulkan biaya sedikit demi sedikit, agar bisa ke tanah suci. “Sudah lama sekali ngumpulin uangnya,” ujar dia.   

Ismail memang baru mendaftar ibadah haji di usia senja. Selama ini, dirinya sibuk bekerja dan berlayar ke berbagai negara. Ismail mengaku tidak memiliki tips khusus menjaga kesehatan. Khusus ke tanah suci, Ismail memang benar-benar menyiapkan diri. “Ya alhamdulillah (masih sehat). Tapi sudah sempoyongan jalannya, kaki juga sakit,” ujar dia sembari tersenyum lega.   

Sembari menunjukkan lutut kanannya yang bengkok, Ismail menceritakan pernah jatuh dan patah tulang pada 1995. Sejak itu, Ismail berjalan dalam kondisi terpincang. Selain masalah kaki itu, Ismail dengan mantap mengatakan kondisinya sangat sehat.  

Di tanah suci nanti, Ismail hanya ingin memohon diberi keselamatan dunia dan akhirat. Makkah adalah destinasi yang sudah lama dinantikan sang pelayar itu. “Pengen ke sana. Itu saja doanya, dunia selamat, akhirat selamat,” ujar kakek tiga cucu itu.   

Ismail menyiapkan sejumlah perbekalan, seperti beras, gula, mie instan. Ismail bukan orang yang suka pilih-pilih makanan. Karena itu, pria penyuka ikan tersebut yakin tidak memiliki masalah dengan konsumsi di Saudi. “Kalau nggak ada ikan, ya seadanya saja. Namanya orang ibadah kan,” kata Ismail sembari berjalan pelan menuju bus ke pemondokan.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement