Selasa 16 Jul 2019 21:20 WIB

Perjuangan Buruh Tani Warga Tasikmalaya untuk Naik Haji

Pasangan suami istri dari Tasikmalaya ini sudah lama bermimpi naik haji

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hasanul Rizqa
Saepudin dan Hani, dua calon jamaah haji asal Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (16/7). Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani itu menabung belasan tahun untuk berangkat ke tanah suci.
Foto:

Saepudin biasa bekerja di Cipatujah, kecamatan tetangga. Dari rumahnya di Kecamatan Sukaraja, waktu tempuh untuk mencapai ke sana sekitar 2,5 jam. Karena itu, ia hanya pulang ke rumah dalam sepekan atau sebulan sekali.

Pada 2012, dia bersama Hani memberanikan diri untuk mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji. Mereka membawa uang sebesar Rp 10,4 juta sebagai dana pendaftaran untuk dua orang. Uang itu merupakan hasil tabungan mereka berdua sejak awal menikah pada 1978 silam.

Saat mendaftar, Saep mengenang, dirinya mengatakan sempat mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan dari petugas. Ia merasa dipandang sebelah mata bila dibandingkan para calon pendaftar lainnya.

"Susah juga waktu daftar. Punya uang segitu, dari sana juga dikecilkan," ujar dia.

Namun Saepudin tak terlalu peduli. Niatnya bersama istri sudah tak terbendung untuk bisa menunaikan ibadah haji. Sejak saat itu, Saepudin pun lebih giat dalam bekerja. Tiap hari giat menabung demi melunasi biaya perjalanan haji.

Uniknya, pasangan suami-istri ini tak mengandalkan jasa bank. Mereka menyimpan uang di dalam rumah.

Ketika sudah terkumpul cukup banyak, barulah kemudian ia menyetorkan uang itu ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al-Amin Riyaddul Jannah Cipasung, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna.

photo
Saepudin dan Hani, dua calon jamaah haji asal Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (16/7). Pasangan suami istri yang berprofesi sebagai buruh tani itu menabung belasan tahun untuk berangkat ke tanah suci.

Dalam satu bulan, Saepudin biasa menyetorkan uang Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Yang mengagumkan, dia dan istri tidak sepeser pun meminjam uang untuk memenuhi biaya keberangkatan haji mereka.

Sampailah pada tahun 2019. Mimpi itu menjadi kenyataan.

"Pertama mah enggak kebayang. Yang penting ngumpulin aja. Yang dipikirin mah nyari uang aja. Meski kecil, usaha terus. Akhirnya bisa juga," kata lelaki yang sudah memiliki dua cucu dan satu cicit itu.

Sudah berhasil mendapatkan kursi ke Tanah Suci, tak menyudahi perjuangan Saepudin dan Hani. Selama masa bimbingan manasik, mereka setiap hari harus pergi-pulang ke lokasi bimbingan. Lokasinya terbilang jauh dari tempat tinggal mereka. Menurut Saepudin, untuk mencapai tempat bimbingan manasik memerlukan waktu sekitar 1,5 jam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement