Rabu 17 Jul 2019 16:56 WIB

Kesan Jamaah Haji Indonesia Soal Tanah Suci Dahulu dan Kini

Ada aspek-aspek pelayanan haji yang kian baik dan memudahkan jamaah Indonesia

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia
Foto: Republika TV/Sadly Rachman
Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jusman (68 tahun) mengaku cukup terkejut dengan perubahan yang dia jumpai dalam pelaksanaan haji saat ini. Jamaah asal Kota Padang, Sumatra Barat, itu terakhir kali naik haji pada 2004 silam. Kini, dia mengamati adanya perubahan dalam penyelenggaraan haji. Mulai dari bentuk Masjid al-Haram, jumlah jamaah dalam satu kamar, hingga makanan yang disediakan oleh panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi selama di Tanah Suci.

Dia menyebut, penampakan Masjid al-Haram kini jauh berbeda daripada yang dahulu dia lihat pada 15 tahun silam. Belasan tahun lalu, bentuk masjid lokasi kiblat umat Islam sedunia itu masih mempertahankan model yang dibangun sejak era Raja Fahd periode 1982-1988.

Baca Juga

Sejak 2008 lalu, Masjid al-Haram mengalami perluasan dan renovasi yang signifikan. Hasilnya kini membuat "bingung" Jusman. "Banyak betul perubahannya, saya jadi bingung," kata dia saat dijumpai Ihram.co.id di Masjid al-Haram, Selasa (16/7) waktu Arab Saudi (WAS).

Aspek perubahan lain yang diamatinya ialah pemondokan. Dahulu, kenang Jusman, pemondokan jamaah haji asal Indonesia umumnya terbilang dekat dari Masjid al-Haram. Paling jauh sekitar 1,5 kilometer dari masjid mulia tersebut sehingga dia sebagai jamaah haji hanya perlu berjalan kaki untuk sampai ke Masjid al-Haram.

 

Sementara itu, kini jamaah mesti memanfaatkan Bus Shalawat--yang disediakan pemerintah Indonesia. Trayek bus itu melayani WNI jamaah haji dari area hotel ke Masjid al-Haram. Jusman mengakui, perluasan Masjid al-Haram menjadi faktor penting perubahan jarak ini. Pemondokan Jusman sendiri berada di kawasan Syisah, sekitar tiga kilometer dari Masjid al-Haram.

Jusman juga memerhatikan adanya perubahan terkait konsumsi. Beberapa tahun silam, lanjut dia, WNI jamaah haji di Makkah tidak diberi makanan. "Kami dulu membawa beras dari rumah dan memasak di hotel. Lauknya juga dimasak," kata Jusman mengenang.

Sekarang, Jusman sudah memeroleh infomasi sejak masih di Tanah Air. Tiap jamaah haji tak perlu membawa bahan makanan. Sebab, pemerintah Indonesia melalui PPIH Arab Saudi telah menyediakan asupan makanan untuk jamaah selama di Makkah.

photo
Masjid Al Haram dilihat dari terminal Syib Amir. Tampak pemugaran untuk perluasan masjid masih terus dilakukan, Rabu (17/7). (Republika/Muhammad Hafil)

Pengalaman berikutnya yang terbilang baru bagi Jusman ialah keterisian tiap kamar di hotel. Menurut dia, dahulu setiap kamar penginapan di Makkah dapat menampung tak kurang dari tujuh orang. "Sekarang hanya berempat dan maksimal di rombongan kami enam orang," kata Jusman.

Jusman yang baru dua hari di Makkah juga merasa takjub dengan penyambutan yang disiapkan para petugas haji Indonesia saat jamaah tiba di hotelnya. "Kami disambut shalawat yang diiringi rebana. Disambut pula dengan bunga. Dulu tak ada begini," kata Jusman terharu.

 

Tak Ada Lagi Pasar Seng

Sementara itu, Asyrif (72), jamaah lainnya asal Pekanbaru, Riau, tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 2 BTH. Asyrif mengatakan, perubahan yang begitu dirasakannya kini di Makkah ialah soal cuaca, yang baginya lebih panas.

"Dulu saya tahun 2005 pergi haji, cuacanya musim dingin. Sekarang panas betul," tutur Asyrif.

Dia juga heran di sekitar Makkah kini tidak ada lagi Pasar Seng. Padahal, lanjut dia, pasar tersebut dahulu menjadi salah satu wilayah yang kerap diburu jamaah haji asal Indonesia untuk membeli oleh-oleh.

Seperti diketahui, Pasar Seng yang terletak di sebelah timur pelataran Masjid al-Haram, sudah digusur pada 2008 lalu. Itu juga dampak dari peluasan Masjid Al Haram.

Sejak 2008 itu pula, proyek perluasan Masjid Al Haram dimulai. Sejak 2015, sejak Salman bin Abdul Aziz naik tahta sebagai raja, Pemerintah Arab Saudi meluncurkan lima proyek  peluasan agar bisa menampung lebih dari 1,6 juta jamaah haji.

Perluasan ini mencakup pembangunan gedung, terowongan, gedung-gedung tempat tinggal bagi jamaah haji, serta sebuah jalan lingkar. Perluasan bangunan mencakup 1,47 juta meter persegi dan pembangunan 78 gerbang baru.

Sebanyak enam lantai untuk shalat untuk sembahyang, 680 eskalator, 24 elevator untuk jamaah berkebutuhan khusus, 21.000 toilet dan tempat wudhu.Nilai proyek disinyalir mencapai 26,6 miliar Dolar AS. Proyek ini diperkirakan akan rampung pada 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement