REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pasar Jaafaria (disebut pula Jafaria) masih menjadi primadona bagi jamaah haji yang ingin membeli oleh-oleh dari Kota Makkah, Arab Saudi. Lokasinya hanya sekitar 1 kilometer sebelah timur Masjid al-Haram. Dengan demikian, akses ke pasar ini terbilang mudah ditempuh. Bahkan, jamah cukup berjalan kaki untuk bisa sampai ke tempat ini.
Belasan tahun lalu, jamaah haji Indonesia sangat mengenal Pasar Seng, yang berjarak sekitar 200 meter dari timur pelataran Masjid al-Haram. Di sini, mereka membeli oleh-oleh dengan harga yang cukup murah. Namun, sejak 2008 Masjid al-Haram mengalami perluasan. Pemerintah Arab Saudi pun menggusur Pasar Seng.
Sebagai gantinya, Pasar Jaafaria menjadi ramai. Jamaah haji asal Indonesia pun gemar menyambangi tempat perbelanjaan yang berlokasi persis di sebelah Permakaman Ma’la, kawasan Dahlatul Jin, ini. Mereka kerap menyebut Pasar Jaafaria sebagai "Tanah Abangnya Makkah."
Bagaimanapun, penampakan bangunan Pasar Jaafaria jauh berbeda daripada Pasar Tanah Abang di Jakarta. Umumnya bangunan di Pasar Jaafaria terdiri atas satu lantai, tetapi dengan lorong-lorong yang memanjang sehingga terkesan luas.
Di sini, berbagai barang dijual, seperti sajadah, kain, pakaian, hingga parfum. Yang menyamakannya dengan Tanah Abang mungkin adalah sistem pembeliannya. Pembeli dapat memeroleh barang secara grosir. Tentunya, harga yang didapatkan menjadi lebih murah dibanding membeli satuan.
Tak heran bila jamaah haji Indonesia yang keluar dari pasar ini membawa berkarung-karung barang. Rata-rata, mereka berniat membeli oleh-oleh.
Seperti yang dilakukan Uhud (56 tahun), jamaah asal Kelompok Terbang (Kloter) 83 JKS. Dia tampak membawa lima karung yang berisi berbagai oleh-oleh. Misalnya, sajadah, kain, atau karpet. Saat ditemui, Uhud enggan menyebut berapa uang yang dia mesti keluarkan untuk memeroleh seluruh barang tersebut.
Uhud senang membeli di sini karena banyak barang-barang impor. Yang paling dia sukai adalah barang-barang buatan Turki. Selain itu, ada juga buatan Cina, tetapi Uhud mengaku tak membelinya karena memiliki kualitas yang berbeda.
Menurut dia, berbelanja di Pasar Jaafaria tak perlu ribet dalam menawar harga. Sebab, para pedagang di sini umumnya hanya bisa sekali ditawar. Jika pembeli tak mau, maka pedagang akan membiarkannya berlalu.
“Ini karakternya beda dengan di Tanah Air, di mana orang kita kan ramah-ramah, masih bisa ditawar-tawar,” kata Uhud, Selasa (6/8).
Sementara itu, Entis Sutisna, jamaah asal Kloter 14 JKS menuturkan, dirinya membeli oleh-oleh untuk diberikan ke keluarga dan tetangganya. “Kebanyakan sajadah, karpet, baju, dan pakaian,” ujar Entis.