Jumat 09 Aug 2019 06:43 WIB

Tip Menjaga Kesehatan saat Puncak Haji (1)

Puncak haji sudah dimulai sejak Jumat hari ini

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Koordinator Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Erick Erwinsyah.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Koordinator Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Erick Erwinsyah.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pelaksanaan puncak ibadah haji akan dimulai sejak 8 Dzulhijah 1440 Hijriah atau 9 Agustus 2019. Jamaah akan digerakkan dari hotel masing-masing ke Padang Arafah.

Di sana, mereka akan melakukan prosesi wukuf pada 9 Dzulhijah atau 10 Agustus 2019. Selanjutnya, mereka bergerak ke Muzdalifah dan Mina pada 10-13 Dzulhijah atau 11-14 Agustus 2019.

Baca Juga

Seluruh proses ibadah ini dikenal dengan nama puncak haji atau Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina). Diperkirakan, ada tiga juta orang jamaah haji dari seluruh penjuru dunia yang akan memadati Armuzna. Adapun sebanyak 231 ribu orang di antaranya berasal dari Indonesia.

Tempat dan waktu puncak haji di Armuzna ini berbeda dengan proses ibadah di Masjid al-Haram, Makkah. Di hari-hari sebelumnya, ibadah bisa dilakukan jamaah haji hampir setiap hari dan rutenya pun berkutat antara hotel mereka masing-masing ke Masjid al-Haram.

Sementara itu, di Armuzna jamaah mengenakan kain ihram paling tidak untuk dua hari berturut-turut. Selanjutnya, mereka untuk beristirahat tidur di dalam tenda yang kapasitasnya terbatas. Fisik mereka pun dikerahkan. Sebab, tiap jamaah harus berjalan kaki untuk melempar jumrah.

Karena itu, Koordinator Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi, Erick Erwinsyah, memberikan pelbagai tips untuk jamaah haji bisa menjaga kesehatan saat pelaksanaan Armuzna.

Pertama, dia mengimbau agar wukuf dilaksanakan di dalam tenda. “Jangan terlalu sering keluar tenda kalau tidak ada keperluan, mengingat suhu sangat panas,” kata Erick, Jumat (9/8).

Selanjutnya, jamaah disarankan meminum air satu gelas. Asupan air minum setidak-tidaknya satu gelas untuk satu jam.

Kemudian, jamaah diharapkan tidak memaksakan diri untuk ikut melempar jumrah. Khususnya bagi orang tua dan jamaah dengan penyakit risiko tinggi (risti). “Solusinya, bisa dibadalkan melontarnya,” kata Erick.

Erick juga berpesan agar jamaah selalu menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti kaca mata hitam dan alas kaki, terutama ketika mereka keluar dari tenda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement