Senin 12 Aug 2019 17:15 WIB

Para Penolong Jamaah Haji di Kesempatan Pertama

Pertolongan pertama untuk jamaah haji sangat diperlukan

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memberikan pertolongan pertama kepada jamaah haji yang pingsan di jalur Jamarat-Mina, Ahad (11/8). Jamaah tersebut mengalami dehidrasi dan kelelahan usai melempar jumrah di Jamarat.
Foto: Muhammad Hafil / Republika
Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memberikan pertolongan pertama kepada jamaah haji yang pingsan di jalur Jamarat-Mina, Ahad (11/8). Jamaah tersebut mengalami dehidrasi dan kelelahan usai melempar jumrah di Jamarat.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Seorang ibu tergeletak di pangkuan suaminya. Pasangan suami istri itu ditemukan di jalur kepulangan Jamarat-Mina, Ahad (11/8) menjelang Maghrib. Sang ibu dalam keadaan pingsan, tak sadarkan diri.

Ada seorang jamaah haji yang berprofesi sebagai dokter di samping dua orang tersebut. Sayangnya, dia tak membawa perlengkapan alat kesehatan karena dia bukan sedang bertugas. Dia coba memberi pertolongan pertama tetapi masih belum berhasil.

Baca Juga

Sementara orang-orang mulai mengerubungi. Namun, mayoritas mereka tak bisa berbuat banyak. Sebab, tak memiliki pengetahuan mumpuni soal pertolongan pertama.

Para petugas keamanan Arab Saudi (askar) tampak mulai gelisah. Sebagian mereka pun menyuruh orang-orang agar tak berkumpul di sekitar lokasi. Para askar juga berupaya menolong, tetapi memang spefisikasinya tak terkait kesehatan.

 

Beruntung, ada seorang dokter yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) asal embarkasi Palembang. Dokter tersebut juga mendampingi jamaah yang baru saja melakukan lempar jumrah. Dia membawa tas ransel berisi alat-alat kesehatan untuk pertolongan pertama seperti infus.

Langsung saja dokter itu melakukan pertolongan pertama. Tangan ibu disuntik dan diberi cairan infus. Tak lama, ibu yang pingsan itu tersadar dan diberi makanan dan minuman.

Usai menunggu pulih sekitar 10 menit, ibu itu dipapah oleh dokter tadi bersama jamaah lainnya. Sementara suaminya masih terliihat letih meski masih bisa berjalan. Ibu itu segera dibawa ke Pos Tim Gerak Cepat (TGC) PPIH Arab Saudi di pintu terowongan Mina. Di sana, langsung dilakukan penanganan lanjutan.

Dokter TKHI yang menolong itu bernama Devinta Ariyanti. Dia merupakan dokter embarkasi Palembang. Dan, berdasarkan ceritanya, ibu yang diketahui sudah berusia 57 tahun yang ditolong itu juga berasal dari embarkasi Palembang meski berbeda kloter dengannya. Tapi bagi Devinta, menolong orang tak meski harus memiliki kesamaan kelompok.

 

Kelelahan, Dehidrasi

Devinta menduga, ibu tadi itu pingsan akibat kelelahan dan dehidrasi. Cairan di dalam tubuhnya berkurang karena perjalanan untuk melempar jumrah memang sangat menguras tenaga.

“Makanya dikasih infus bisa sadar,” kata Devinta.

Sehari sebelumnya, Sabtu (10/8) saat wukuf di Arafah,  Tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) juga melakukan patroli ke tenda-tenda jamaah. Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis berpatroli untuk meminimalisir jamaah yang sakit selama wukuf.

“Patroli dilakukan secara bergantian setiap enam jam sehari sebelum wukuf dan pada hari wukufnya,” kata Sekretaris P3JH Pradipta Suarsyaf.

Salah satu hasil temuan patroli Tim P3JH di Arafah adalah menemukan dua jamaah mimisan. Hal ini disebabkan karena suhu yang tinggi menjelang wukuf dan juga tekanan darah yang tinggi. Hal ini menyebabkan pecahnya pembuluh darah, salah satu yang sering terjadi adalah mimisan.

Salah satunya adalah jamaah yang bernama Dero Salela (70 tahnu) asal Kloter 8 Ujungpadang. Setelah diperiksa, tekanan darahnay tinggi 238/113/ TL. “Kami berikan obat tekanan darah tinggi amlodipin 10 mg. Selanjutnya, kami berkoordinasi dengan dokter KKHI untuk penanganan lebih lanjut,” kata Pradipta.

 

'Jemput Bola'

Sebenarnya, ada unit tersendiri di PPIH Arab Saudi yang bertugas melakukan pertolongan pertama. Namanya, Tim Mobile Crisis. Anggotanya terdiri dari unsur Perlindungan Jamaah (Linjam) dari unsur TNI/Polri, Tim Gerak Cepat (TGC) dari unsur Kementerian Kesehatan, dan P3JH dari unsur Kementerian Agama.

Sifat mereka lebih pada pertolongan pertama. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh Tim Gerak Cepat (TGC).

Menurut Koordinator TGC Erick Erwinsyah, pihaknya menjemput bola jika ada jamaah yang mengalami kegawatdaruratan. "Kita bantu Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI/dokter kloter), dengan menjemput bol," kata Erick, Ahad (4/8).

Karena itu, setiap personel TGC selalu membawa tas ransel dalam bekerja. Di tas ranselnya berisi alat-alat kesehatan seperti infus, alat pengukur saturasi oksigen, tensi, pengecek gula darah, sampai pengecekan denyut jantung.

Soal pertolongan pertama untuk jamaah haji ini, mendapat apresiasi dari Menteri Agama sekaligus Amirul Hajj Indonesia Lukman Haim Saifuddin. Dia menyaksikan langsung bagaimana saat berangkat dari Jamarat ke tenda Misi Haji di Mina, Ahad (11/8).

“Beberapa jamah kita ada yang dehidrasi dan kelelahan,” kata Lukman.

Untungnya, lanjut Lukman, sudah ditangani oleh para petugas termasuk personel TGC dan tim kesehatan haji. Di mana, dia juga menyaksikan jamaah haji mendapatkan infus lalu mendapatkan tindakan yang cepat sehingga bisa segera pulih. 

Sementara, Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka mengaku optimis dengan  Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) . Terutama, untuk melayani jemaahnya selama masa puncak haji di Arafah Muzdalidah, dan Mina. Ia berharap seluruh petugas kesehatan haji diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement