Jumat 25 Oct 2019 20:00 WIB

Kesthuri Soal Radikalisme Menag: Perbaiki Haji dan Umrah

Kesthuri meminta menteri agama perbaiki tata kelola haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji sedang melaksanakan shalat wajib di Masjidil Haram pada musim haji 1440 H / 2019 M (Ilustrasi).
Foto: Muhammad Hafil/Republika
Jamaah haji sedang melaksanakan shalat wajib di Masjidil Haram pada musim haji 1440 H / 2019 M (Ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia angkat bicara terkait fokus program radikalisme Menteri Agama Fachrul Razi. Fokus tersebut dinilai kurang tepat lantaran justru pekerjaan terbesar Kementerian Agama bukan persoalan radikalisme.  

"Kalau yang dimaksud radikalisme itu adalah sikap kelompok ekstrem yang melakukan kekerasan. Maka saya ingin mengatakan bahwa tempatnya bukan di Lapangan Banteng (Kementerian Agama, red)," kata Ketua Umum Kesthuri, Asrul Azis  Taba, di Jakarta, Jumat (25/10). 

Baca Juga

Asrul mengatakan, Kementerian Agama yang berlokasi di daerah Lapangan Banteng, Jakarta Pusat itu merupakan tempat semua agama dan tidak ada satupun agama yang mengajarkan sikap-sikap radikalisme. "Apalagi agama Islam yang mengajarkan rahmatan lil ‘alamin," katanya.  

Asrul menuturkan, sebagai orang yang menggeluti perhajian sejak 1981 dan sekaligus sebagai Ketua Umum Kesthuri, sangat menaruh harapan kepada Facrul Razi sebagai seorang yang berbasis militer harusnya mampu membenahi organisasi perhajian yang lebih baik ke depan.  

Apalagi, kata dia, dana masyarakat yang berada di tangan pemerintah sudah mencapai Rp 100 triliunan. Uang tersebut milik jamaah yang mengantre di beberapa daerah dan sudah mencapai puluhan tahun. 

Menurutnya, jabatan setiap menteri yang hanya lima tahun secara maksimal hanya bisa berprestasi bahwa ibadah haji terselenggara dan diberi predikat baik bahkan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.  

"Saya menyaksikan semua proses ini dan kalau tidak salah saya sudah mengikuti kebijakan sembilan menteri yang menakhodai penyelenggaraan haji," katanya. "Terus terang saya selalu dihantui oleh perasaan bahwa masalah haji ini adalah seperti bom waktu yang pada suatu saat akan meledak," katanya.  

Menurutnya, entah periode pemerintahan yang mana yang akan menghadapi situasi ini atau bom waktu nantinya. Namun, Asrul ingin mengatakan pada Menag yang baru itu.   

"Pak di Lapangan Banteng itu sudah banyak kiai, pendeta, biksu, dan ulama. Semua agama tidak ada satupun yang mengajarkan radikalisme. Masalah haji dan umrah perlu mendapatkan perhatian yang serius," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement