Senin 06 Jan 2020 13:18 WIB

KNKS: Bisnis Umrah dan Haji jadi Pendorong Kinerja Syariah

Dompet digital Indonesia diharapkan bisa digunakan di Saudi, permudah jamaah.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Aplikasi dompet  (Ilustrasi)
Foto: ovo.id
Aplikasi dompet (Ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menilai potensi bisnis umrah dan haji dapat menjadi pendorong kinerja industri perbankan syariah. Asalkan, kedua bisnis ini mampu dijalankan secara inovatif di dalam negeri.

Direktur Pengembangan Ekonomi dan Industri Syariah KNKS Afdhal Aliasar mengatakan bisnis umrah dan haji merupakan industri besar yang terus berkembang di Indonesia. Ia berharap ke depan pembayaran digital payment syariah Indonesia bisa hadir di toko di Saudi.

Baca Juga

"Uang saku haji bisa dibawa dengan digital wallet, asuransi perjalanan dan kesehatan bisa memakai produk takaful dan juga restaurant dan catering dibiayai dengan pembiayaan syariah,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (6/1).

Menurutnya bisnis umrah dan haji memiliki potensi besar mengingat banyaknya produk makanan Indonesia yang bisa dikembangkan di Tanah Suci untuk memenuhi kebutuhan jamaah Indonesia. Tentu bisnis umrah dan haji perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan beberapa pihak terkait.

 

Ke depan, pihaknya menyakini sektor syariah masih tumbuh dengan baik di tengah kondisi perekonomi global yang penuh tantangan. Hanya saja, hal yang perlu ditekankan perbankan dan lembaga keuangan syariah mampu berinovasi untuk mengarap potensi yang masih cukup terbuka.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) industri perbankan yang sudah menembus 6,01 persen per Oktober 2019 atau mencapai Rp 513 triliun. Bila dirinci, pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah dan meningkat dari awal 2019 hingga September 2019 yang sebesar 5,94 persen.

Hal ini tak lain dari meningkatnya pertumbuhan aset perbankan syariah yakni Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sebesar 10,15 persen per Oktober 2019 secara year on year (yoy) menjadi Rp 499,98 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement