Rabu 22 Jan 2020 19:24 WIB

Tahun Ini Jamaah Haji di Dua Embarkasi Gunakan E-Money

Kartu uang elektronik dapat digunakan jamaah haji untuk membayar denda dan belanja.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Tahun Ini Jamaah Haji di Dua Embarkasi Gunakan E-Money. Jamaah haji Indonesia sedang belanja di Pasar Jaafaria, Makkah.
Foto: Republika/Muhammad Hafil
Tahun Ini Jamaah Haji di Dua Embarkasi Gunakan E-Money. Jamaah haji Indonesia sedang belanja di Pasar Jaafaria, Makkah.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) akan melakukan uji coba pengembangan akun virtual sebagai media nontunai haji pada tahun ini. Uji coba akan dilakukan di dua embarkasi, yakni Embarkasi Jakarta dan Jawa Barat.

Baca Juga

Anggota Badan Pelaksana BPKH Ahmad Iskandar Zulkarnain menjelaskan saat ini fungsi akun virtual masih sebatas informasi dan distribusi nilai manfaat jamaah tunggu. Tahun ini nontunai ditargetkan dapat juga digunakan sebagai media pembayaran dan sumber dana e-wallet atau uang elektronik (e-money).

 

"Nontunai tahun ini tahapannya baru uji coba di dua embarkasi dulu, Jakarta dan Jawa Barat. Masih dibuatkan profil dulu jamaah hajinya," ujar Iskandar dalam paparan kinerja BPKH 2019 di Jakarta, Rabu (22/1).

Media nontunai nantinya akan berupa e-money, ATM atau kartu debit. Nantinya kartu ini dapat diisi dengan jatah hidup ketika berangkat haji dan dapat diisi ulang nilainya oleh jamaah. Penggunaannya dapat digunakan untuk membayar dam (denda) dan dapat dikonversi dari rupiah ke riyal, begitupun sebaliknya. Dana ini pun dapat ditarik tunai di Arab Saudi melebihi Rp 2 juta.

Kartu ini juga dirancang agar bisa memberikan berbagai promo yang menarik bagi calon jamaah haji, dapat digunakan untuk alat pembayaran, dan belanja. Ke depan juga akan diintegrasikan dengan aplikasi di ponsel.

"Banknya belum diputuskan, harus yang bisa cocok dengan transaksi di Arab Saudi," kata Iskandar.

Menurut Iskandar, selain untuk memudahkan, transaksi nontunai ini akan memberikan efisiensi dalam pengadaan rupiah ke riyal serta distribusi dana tersebut ke jamaah. Apalagi untuk pengadaan riyal dalam jumlah besar harus melalui impor dari Arab Saudi dan pendistribusiannya ke perbankan syariah juga memerlukan biaya yang besar.

Saat ini BPKH sedang melakukan tahap sosialisasi untuk nontunai karena berdasarkan profiling sekitar 42 persen jamaah haji adalah lulusan SD dan SMP. Sebanyak 76 persen berusia lanjut sehingga tidak familiar dengan uang elektronik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement