Senin 13 Apr 2020 08:23 WIB
haji

Kisah Sunan Gunung Jati Naik Haji

Sunan Gunung Jati dua kali pergi haji.

Peziarah di makam Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/6).
Foto: Republika/Fuji E Permana
Peziarah di makam Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Muhammad Subarkah

Dalam Hikayat Hasanuddin diceritakan mengenai perjalanan haji Sunan Gunung Jati dan putranya Maulana Hasanuddin, yang kemudian menjadi raja Islam pertama di Banten.

Kisah ini merupakan saduran bebas dari teks berbaasa Jawa berjudul ‘Sejarah Banten Rante-Rante), seperti dikutup dalam buku ‘Naik Haji Di Masa Silam’ karya Henri Lambret Loir. Teks itu berisi riwayat hidup tiga orang: Pangeran Ampel Denta, Susuhunan Gunung Jati, dan Maulana Hasanuddin selama paruh kedua abad ke-15 dan paruh pertama abad ke-16.

Secara lebih umum, teks ini boleh dilihat sebagai bagian dari visi atas pengislaman Pulai Jawa, yang dijalankan melalui perang Sabil. Berbagai legenda tersebut terdapat juga dalam versi yang berkesamaan dalam Babad Cirebon,dalam bagian pertama kronik Banten berjudul ‘Sejarah Banten’ serta juga dalam ‘Wawacan Sunan Gunung Jati dan Sejarah Para Wali’.

Kisah perjalanan Sunan Guning Jati dalam babad itu tergambarkan ibadah haji ke Mekkah merapakan laku belajar ilmu tarekat. Ritual hajinya memang diceritakan namun itu dikisahkan dalam kisah yang amat singkat. Dalam perjalannya berhaji  Mekkah kala itu Sunan Gunung Jati dibait sebagai anggota tarekat. Ini misalnya ketika dalam perjalanan pulang dari haji, yakni manakala dia singgah di Pasai. Dia dibaiat oleh seorang syekh bernama Datuk Barhul.

Sunan Gunung Jati naik haji dua kali. Pertama kalinya ia pergi haji seorang diri dan sehabis berhaji ia dibaiat sebagai pengantut tarikat. Kali kedua, kepergian hajinya kala ia membimbing putranya, Hasanuddin. Naik haji dan kemudian dibait sebagai penganut tarekat Nasqabandiyah di Madinah. Kala berangkat haji kedua, putranya itu telah berumur 20 tahun.

Dalam petikan babad itu ada kisah yang menarik selama Sunan Gunung Jati menunaikan ibadah haji. Ia pergi ke Mekkah dengan bekal  uang seribu dinar pemberian dari ibunya. Di tengah jalan ia dicekal oleh pembegal Yahudi, namun mereka kemudian dibuatnya masuk Islam. Setibanya di Mekkah, sambil menanti waktu haji Sunan Gunung Jati berguru pada Syekh al-Madzkurullah. Di sana ia diberikan baju ‘Khirqah’ (jubah seorang sufi). Setelah itu disuruh berhaji dan berguru selama 20 tahun.

Ada juga kisah versi lain, di mana Sunan Gunung Jati membawa anaknya ke Mekkah ketika dia masih berusia tujuh tahun. Anaknya itu ketika sampai di Mekkah di gendongnya memakai sebuah selendang. Setelah itu pulang haji dengan melalui rute Aceh, Minangkabu, sampai kembali ke Jawa.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement