Rabu 22 Apr 2020 21:52 WIB

Sopir Angkot di Padang Kurangi Rute Perjalanan

Jumlah pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Andi Nur Aminah
Ratusan sopir angkutan kota (angkot) yang sedang mogok (ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Ratusan sopir angkutan kota (angkot) yang sedang mogok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sejumlah sopir angkutan kota di Padang, Sumatra Barat, mengurangi trip atau rute pulang-pergi perjalanan di tengah pandemi Covid-19, untuk mengurangi pengeluaran. "Karena berkurangnya jumlah penumpang saat ini, saya terpaksa tidak beroperasi penuh seperti hari biasa demi mengurangi pengeluaran," kata sopir angkot Asril (60) di Padang, Senin.

Jika tetap beroperasi penuh seperti biasa maka akan rugi akibat biaya bahan bakar. Sopir angkot trayek Pasar Raya Padang-Batas Kota itu mengatakan bahwa setidaknya dalam satu trip pulang-pergi antara Pasar Raya menuju Batas Kota, biaya untuk BBM mencapai Rp 30 ribu.

Baca Juga

"Jika dipaksakan untuk beroperasi penuh, maka jumlah pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran," jelasnya.

Untuk menyikapi hal tersebut, dirinya dalam sehari kadang hanya menjalani satu trip perjalanan saja jika penumpang tidak ramai. "Apalagi sekarang aktivitas Pasar Raya berkurang, anak sekolah libur, dampaknya besar ke jumlah penumpang," katanya yang telah membawa angkot sejak 1970.

Ia mengatakan pada kondisi normal dirinya bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu dalam sehari, termasuk uang setoran dan bensin."Kalau saat ini penghasilan tidak menentu, kadang Rp 50 ribu kadang di bawah itu," katanya.

Hal yang sama juga dikatakan Feri (35) sopir angkot dengan trayek Pasar Raya-Siteba, yang juga mengurangi jumlah operasinya. "Saya juga tidak mungkin libur, karena kebutuhan isteri dan anak juga harus dipenuhi. Maka untuk menyikapi itu saya tidak beroperasi penuh demi mengurangi pengeluaran," katanya.

Tidak hanya angkot, tukang ojek pangkalan di Pasar Raya Padang Yanueli Menrova (47) pun mengalami penurunan pendapatan dari kisaran Rp150 ribu per hari, kini sekitar Rp 50 ribu. "Karena aktivitas di Pasar Raya Padang tidak seramai yang biasa," katanya.

Mereka berharap perhatian dari pemerintah untuk meringankan beban ekonomi dan menutupi kebutuhan keluarga.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement