Muslim dan Kristen di Mesir Berbagi Semangat Ramadhan

Rep: umar mukhtar/ Red: Ani Nursalikah

Sabtu 02 May 2020 19:19 WIB

Muslim dan Kristen di Mesir Berbagi Semangat Ramadhan. Mesaharati, Hajja Dalal (46 tahun) berkeliling permukiman untuk membagunkan sahur di Kairo, Mesir. Mesaharati atau orang yang berkeliling permukiman ketika waktu sahur selama bulan suci Ramadhan merupakan sebuah pekerjaan musiman yang berlangsung selama Ramadhan dengan memukul drum pada dini hari atau waktu sahur dan menyanyikan kalimat-kalimat keagamaan yang berhubungan dengan Ramadhan. Foto: AP Foto / Nariman El-Mofty Muslim dan Kristen di Mesir Berbagi Semangat Ramadhan. Mesaharati, Hajja Dalal (46 tahun) berkeliling permukiman untuk membagunkan sahur di Kairo, Mesir. Mesaharati atau orang yang berkeliling permukiman ketika waktu sahur selama bulan suci Ramadhan merupakan sebuah pekerjaan musiman yang berlangsung selama Ramadhan dengan memukul drum pada dini hari atau waktu sahur dan menyanyikan kalimat-kalimat keagamaan yang berhubungan dengan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Umat Kristen di Kairo, Mesir ikut bergabung dalam tradisi dan ritual Ramadhan bersama tetangganya yang Muslim. Mereka memberikan donasi sekaligus ikut menikmati hidangan berbuka puasa. Wilayah Shobra di Kairo memiliki sekitar 590 ribu penduduk Kristen.

"Saya tidak makan di depan orang yang berpuasa. Saya belajar tentang itu sejak usia dini. Orang tua saya mengajari ini di rumah. Saya telah berbagi ritual dengan saudara-saudara Muslim selama 20 tahun," kata Yasmine Tadros, dilansir dari Arab News, Sabtu (2/5).

Baca Juga

Yasmine mengatakan, di jalan-jalan di Shobra, dia dan yang lain biasa menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa bersama Muslim dan juga Kristen. "Banyak orang akan bergabung dan kami sangat bahagia. Tahun ini, karena virus corona, keamanan membuat kami lebih berhati-hati," kata dia.

Koeksistensi adalah bagian dari kehidupan Mesir, terutama di Shobra. Ramadhan memperlihatkan dua komunitas agama hidup bersama karena rasa hormat dan kasih sayang. Magdy Aziz, yang memiliki toko grosir di Shobra Street, menyumbangkan beras dan pasta untuk jamuan amal Ramadhan di jalanan.

Tahun ini, karena pandemi mencegah diadakannya jamuan makan seperti itu, Magdy memutuskan menyumbangkan makanan bagi warga Shobra yang lebih miskin. "Apa yang saya lakukan berasal dari hati. Apa yang saya lakukan adalah kebaikan yang saya harapkan untuk semua orang, itu adalah cinta Tuhan," katanya.

Magdy mengatakan, orang Mesir senang melakukan perbuatan baik dan terhubung satu sama lain di semua kesempatan, terutama Ramadhan. "Kadang-kadang saya menjual barang-barang setengah harga kepada semua orang di bulan Ramadhan," ujarnya.

Pastor Rafik Greish, yang merupakan juru bicara Gereja Katolik di Mesir, mengatakan orang Koptik diperintahkan setiap tahun untuk mempertimbangkan perasaan mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan. Gereja menekankan pentingnya tidak makan atau minum di depan orang yang berpuasa di antara matahari terbit dan terbenam.

Dia menambahkan, Koptik memiliki kesadaran diri dan tidak perlu diberitahu bagaimana bertindak selama Ramadhan. Tetapi gereja mengeluarkan instruksi sebagai pengingat.

Menjelang Ramadhan, gereja-gereja membagikan paket berisi makanan pokok kepada orang miskin dan yang membutuhkan. "Karena gereja ingin berbagi tradisi dan ritual dengan umat Islam selama bulan itu," kata dia.

Mahmoud Abdel-Hai, yang berusia 80-an, mengatakan dalam hidupnya belum pernah melihat perkelahian antara Muslim dan Kristen selama Ramadhan. Abdel-Hai, mantan guru di Shobra Industrial School, mengatakan tetangga Kristennya biasanya mengundangnya untuk berbuka puasa setidaknya sekali selama Ramadhan. Namun, tetangga itu meminta maaf karena tidak dapat menjalankan tradisi tahun ini karena pandemi.