Selasa 12 May 2020 05:06 WIB

Iran Resmi Buka Kembali Masjid 10 Hari Terakhir Ramadhan

Iran memastikan langkah-langkah menjaga jarak sosial akan tetap diamati.

Rep: Zahrotul Octaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
Masjid Nasir al-Molk di Iran yang dikenal sebagai Masjid Pink masuk ke dalam daftar tujuan perjalanan terbaik 2020 oleh Conde Nast Traveler, sebuah majalah perjalanan dan gaya hidup yang berbasis di New York.
Foto: Tehran Times
Masjid Nasir al-Molk di Iran yang dikenal sebagai Masjid Pink masuk ke dalam daftar tujuan perjalanan terbaik 2020 oleh Conde Nast Traveler, sebuah majalah perjalanan dan gaya hidup yang berbasis di New York.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemerintah Iran berencana membuka kembali masjid-masjid di seluruh negara itu pada Selasa (12/5). Keputusan ini diambil dengan mengesampingkan fakta terjadi peningkatan tajam kasus warga terinfeki Covid-19.

Dikutip di Middle East Eye, kantor berita Fars melaporkan, masjid dan pusat-pusat keagamaan di negara itu akan dibuka selama 10 hari terakhir bulan puasa Ramadhan. Meski demikian, pemerintah memastikan langkah-langkah menjaga jarak sosial akan tetap diamati.

Baca Juga

Jamaah yang akan melaksanakan ibadah di masjid diminta untuk mengenakan sarung tangan dan masker sebelum memasuki masjid. Mereka diharapkan membawa Alquran dan sajadah sendiri.

Kepala Organisasi Pengembangan Islam Iran, Hojatoeslam Mohammad Ghomi, mengatakan, keputusan untuk membuka kembali masjid ini dibuat sebagai tanggapan atas permintaan dari orang-orang Iran.

Awal bulan Mei, Kementerian Kesehatan Iran membagi negara itu menjadi wilayah putih, kuning, dan merah berdasarkan jumlah infeksi dan kematian Covid-19. Pekan lalu, sekitar 132 masjid yang masuk dalam kategori "putih", yang dianggap berisiko rendah, diizinkan dibuka.

Pembukaan kembali masjid-masjid Iran dilakukan hanya beberapa jam sebelum 10 hari terakhir Ramadhan. Sepuluh hari ini sangat dihormati oleh Muslim Sunni dan Syiah. Mereka pergi ke masjid pada malam hari untuk mencari malam Lailatul Qadar.

Kebijakan ini juga diumumkan bersamaan dengan jumlah kasus virus Covid-19 di negara ini mengalami peningkatan, setelah terjadi tren penurunan dalam skala kecil.

Ahad (10/5) lalu, pihak berwenang memberlakukan penutupan di wilayah Abadan. Terjadi peningkatan tajam kasus Covid-19 di wilayah kaya minyak di Iran barat daya ini.

Gubernur Provinsi Khuzestan yang berbatasan dengan Irak dan termasuk wilayah Abadan, Gholamreza Shariati, mengatakan, orang-orang belum mematuhi aturan jarak sosial. "Karena itu, jumlah pasien Covid-19 di provinsi ini meningkat tiga kali lipat dan pasien rawat inap terjadi kenaikan sebesar 60 persen," kata Shariati.

Iran menjadi negara yang paling terpukul di Timur Tengah sejauh ini. Dilaporkan ada 109.286 kasus infeksi dan 6.685 kasus kematian di negara tersebut.

Saat ini sekolah serta universitas tetap ditutup, sementara pertemuan budaya dan olahraga masih dilarang. Namun, pekan lalu Presiden Hassan Rouhani mengatakan, beberapa sekolah di daerah berisiko rendah mungkin dibuka kembali pada 16 Mei.

Iran telah mencabut larangan perjalanan antarkota dan mal. Pusat-pusat perbelanjaan besar diizinkan melanjutkan kegiatan meskipun ada peringatan oleh beberapa pejabat kesehatan tentang gelombang infeksi baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement