Selasa 16 Jun 2020 16:00 WIB

Prinsip Bersahabat Menurut Imam Ghazali Ratusan Abad Silam

Imam Al Ghazali menyebutkan sejumlah prinsip bersahabat ratusan abad silam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Imam Al Ghazali menyebutkan sejumlah prinsip bersahabat ratusan abad silam. Berteman/ilustrasi
Foto: careergirlnetwork.com
Imam Al Ghazali menyebutkan sejumlah prinsip bersahabat ratusan abad silam. Berteman/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Persahabatan perlu dijaga agar tetap kuat ikatannya dan bernilai baik di dunia sampai akhirat. Maka ada adab-adab yang perlu diketahui saat menjalin persahabatan.  

Imam Al Ghazali dalam kitab 'Bidayat al Hidayah' menjelaskan adab-adab bersahabat. Menurutnya seorang sahabat perlu menjaga adab-adab terhadap sahabatnya.

Baca Juga

Adab bersahabat tersebut di antaranya, mengutamakan sahabat daripada harta bendanya, jika tidak mampu melakukannya minimal dapat memberikan sesuatu yang lebih dari dirinya kepada sahabatnya.

Menolong sahabat dengan cepat, sebelum sahabatnya meminta tolong.  Menyembunyikan rahasia sahabatnya, menutupi aib sahabatnya dan tidak menyampaikan perkataan orang lain yang mencela sahabatnya. Mendengarkan dengan baik perkataan sahabatnya saat berbicara.  

Adab terhadap sahabat lainnya adalah tidak membantah sahabatnya. Memanggil sahabatnya dengan nama yang lebih disukai sahabatnya. Memuji sahabatnya atas kebaikan yang diketahuinya. Berterima kasih kepada sahabatnya atas kebaikan sekecil apapun.  

Menengahi orang lain yang mau mengumpat sahabatnya seperti membela dirinya sendiri. Memberi nasihat dengan cara yang lemah lembut dan bahasa yang halus apabila hendak menasihati sahabatnya. Memaafkan kehilafan dan kesalahan sahabatnya, jangan mencela sahabatnya.  

Mendoakan sahabat apabila sedang duduk sendirian, ketika sahabatnya masih hidup ataupun setelah mati. Tetap mencintai keluarga sahabat setelah kematiannya. Jangan suka memberatkan sahabat dengan beban dan tanggung jawab, justru seharusnya meringankan beban sahabat agar ia selalu bahagia.  

Menyatakan rasa suka dengan cara yang disukai sahabatnya dan menyatakan rasa keberatan dengan sesuatu yang tidak disukai sahabatnya. Menyatakan hakikat kecintaan yang wujud dalam hati dengan yang nampak di luar, maka barulah kecintaannya terhadap sahabat dianggap benar.  

Mendahulukan memberi salam ketika menemui sahabat. Meluaskan tempat duduk untuk sahabatnya ketika masuk ke dalam majelis dan berpindah tempat duduk ketika tidak bisa memberi ruang duduk kepada sahabatnya.

Hantarkan sahabat sampai ke pintu rumah ketika hendak keluar dari rumah. Diam ketika sahabat berbicara sampai selesai pembicaraannya dan jangan memotong perkataan sahabatnya.

Imam Al Ghazali mengatakan, bila tidak mencintai sahabatnya seperti mencintai diri sendiri, maka persahabatnnya masih tidak ikhlas. Artinya masih mempunyai anasir-anasir munafik dan persahabatn itu akan membawa pada kebinasaan di dunia dan akhirat. 

Imam Ghazali mengutip pernyataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA sebagai berikut: “Saudaramu yang sebenarnya adalah orang yang selalu menolongmu di waktu senang dan susah, dia sanggup berkorban saat memberi manfaat kepadamu, dan dia sanggup membagi segala urusannya untuk menolong kamu dalam menghadapi bala dan ujian."

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement