Rabu 08 Jul 2020 00:27 WIB

PBB Sebut Kerusakan Lingkungan Tingkatkan Penyakit Zoonosis

Penyakit zoonosis menyebabkan kerugian ekonomi hingga ribuan triliun.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Flu Babi (ilustrasi). Penyakit Flu Babi yang dilaporkan oleh ilmuwan China adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis), sedangkan kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia adalah penyakit ASF yang disebabkan oleh Virus ASF yang tidak dapat menular ke manusia
Foto: Dok Kementan
Flu Babi (ilustrasi). Penyakit Flu Babi yang dilaporkan oleh ilmuwan China adalah penyakit yang disebabkan oleh virus infulenza H1N1 galur baru dan berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis), sedangkan kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia adalah penyakit ASF yang disebabkan oleh Virus ASF yang tidak dapat menular ke manusia

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penyakit zoonosis atau penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia semakin meningkat. Ancaman ini semakin berlanjut jika tanpa tindakan untuk melindungi satwa liar dan melestarikan lingkungan.

Para pakar PBB menyalahkan kenaikan penyakit seperti Covid-19, karena tingginya permintaan protein hewani, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan dan perubahan iklim.

Baca Juga

Dilansir di BBC, Selasa (7/7) mereka menyebutkan bahwa penyakit zoonosis yang diabaikan membunuh dua juta orang per tahun. Covid-19 diperkirakan merugikan ekonomi global sebesar 9 triliun dolar AS (Rp 130.500 triliun) selama dua tahun.

Ebola, virus West Nile dan Sars juga adalah penyakit zoonosis, yaitu berawal pada hewan, dan menular ke manusia. Namun, penularan itu tidak serta merta.

Menurut laporan Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Institut Penelitian Peternakan Internasional, hal ini disebabkan oleh degradasi lingkungan alam kita. Misalnya melalui degradasi lahan, eksploitasi satwa liar, ekstraksi sumber daya, dan perubahan iklim. Ini mengubah cara hewan dan manusia berinteraksi.

"Pada abad terakhir kita telah melihat setidaknya enam wabah utama virus corona baru," kata Inger Andersen, wakil sekretaris jenderal dan direktur eksekutif Program Lingkungan PBB.

"Selama dua dekade terakhir dan sebelum Covid-19, penyakit zoonosis menyebabkan kerusakan ekonomi 100 miliar dolar AS (Rp 1.450 triliun)," ucap dia.

Dia mengatakan bahwa dua juta orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah meninggal setiap tahun akibat penyakit zoonosis endemik yang terabaikan, seperti antraks, tuberkulosis sapi dan rabies.

"Ini sering merupakan komunitas dengan masalah pembangunan yang kompleks, ketergantungan yang tinggi pada ternak dan kedekatan dengan satwa liar," jelasnya.

Produksi daging, misalnya, telah meningkat 260 persen dalam 50 tahun terakhir. Menurut Andersen, manusia telah mengintensifkan pertanian, memperluas infrastruktur dan mengekstraksi sumber daya dengan mengorbankan alam liar.

"Bendungan, irigasi, dan peternakan terhubung dengan 25 perseb penyakit menular pada manusia. Perjalanan, transportasi, dan rantai pasokan makanan telah menghapus perbatasan dan jarak. Perubahan iklim telah berkontribusi pada penyebaran patogen," ujar dia.

Laporan ini menawarkan strategi pemerintah tentang bagaimana mencegah wabah di masa depan, seperti memberikan insentif pengelolaan lahan berkelanjutan, meningkatkan keanekaragaman hayati dan berinvestasi dalam penelitian ilmiah.

Andersen menegaskan, jika manusia terus mengeksploitasi satwa liar dan menghancurkan ekosistem, maka kita terancam bahwa penuakit zoonosis akan terus menyebar.

"Untuk mencegah wabah di masa depan, kita harus menjadi lebih berhati-hati dalam melindungi lingkungan alam kita." kata Andersen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement