Rabu 22 Jul 2020 17:23 WIB

Belut dan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Kedua di Al Azhar

Bahasa Indonesia jadi bahasa kedua di Universitas Al Azhar Mesir

Universitas Al Azhar Mesir
Foto: google.com
Universitas Al Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Suryadi, Dosen dan Peneliti di Department of South and Southeast Asian Studies, Leiden University, The Netherlands

Ini berita baik, walau terlambat sekitar 13 abad. Sudah begitu lama orang Arab/Timur Tengah ini bersentuhan dengan (nenek moyang) kita. Namun, kaum intelektual dan dunia akademiknya tak hendak kenal lebih jauh dengan Bahasa dan kebudayaan Melayu/Indonesia.

Padahal, bahasa itu Indonesia tentu menjadi 'jembatan' bagi masyarakat Mesir dan kaum intelektuak Timur Tengah agar dapat mengenal kepribadian dan kebudayaan kita lebih dalam.

Mana ada Jurusan/Studi Bahasa dan Budaya Melayu/Indonesia di universitas-universitas dan institusi-institusi akademik lainnya di negara-negara Arab? Justru orang-orang Barat yang bukan Muslim yang lebih antusias dan ingin lebih mengenal kebudayaan kita (tentu saja dalam rangka kolonialisme).

Dalam hubungan ini kedua belah pihak, orang Melayu-Nusantara selalu berada dalam titik inferior. Itu aneh sekali! Studi-studi akademik kita pun terlalu terfokus melihat pengaruh pengetahuan dan literasi Arab terhadap Nusantara, dan amat jarang yang melihat hal/arus sebaliknya.

Kekaguman orang Melayu-Nusantara terhadap bangsa Arab makin menguat (semoga tidak membabi buta), hingga hari ini sudah sampai menyentuh kelepon (ondeh-ondeh [indak] bakarambia) segala.

Semoga ke depan orang Arab makin mengerti bahwa BELUT itu bukan ULAR dan para jamaah haji dari Nusantara bukanlah bangsa pagan, sebuah pandangan yang bernada hinaan yang membuat BAGINDA DAHLAN ABDOELLAH, si Minangkabau yang aktivis De Indische Vereeniging dan hulpleraar Bahasa Melayu di Universitas Leiden, meradang mendapati kenyataan itu ketika berziarah ke Mekah pada pertengahan 1920.

Dan kisah soal belut tersman dalam eksemplar 'Kitab Belut' karangan Syekh al-Buguri (Bogor). Kitab ini ada dan tersimpan di Leiden University Library. Kitab itu mencoba meluruskan kesalahpahaman orang Arab yg mengira jemaah haji Indonesia makan ular, padahal itu rendang belut kering yang dibawa sebagai bekal.

Yaa...pahamlah kita, mana ada belut hidup di padang pasir Arab, he he. Saya yakin, kalau kita  makan di warung Padang, pasti pesan belut kering. Enak!

Alhasil, melalui bahasa Indonesia yang dipakai sebagai bahasa kedua di Universitas Al Azhar menjadi tonggak pemahaman kaum akademisi di kawasan Arab untuk memahami budaya kita. Di masa depan kesalahpahaman seperti soal belut tak ada lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement