Rabu 22 Jul 2020 20:07 WIB

Rekor 139 Kematian Saat Data Covid tak Lagi Diumumkan Jubir

Pemerintah tak lagi mengumumkan perkembangan penanganan Covid secara langsung.

Petugas pemakaman penanganan jenazah pasien COVID-19 menurunkan peti jenazah dari dalam mobil jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA
Petugas pemakaman penanganan jenazah pasien COVID-19 menurunkan peti jenazah dari dalam mobil jenazah di TPU Pondok Ranggon, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Pemerintah hari ini mengumumkan pasien meninggal dengan status positif Covid-19 bertambah 139 orang, sehingga totalnya mencapai 4.459 orang. Angka itu menjadi rekor baru jumlah harian setelah sebelumnya sempat mencapai angka 127 kematian pada 19 Juli.

Baca Juga

Pemerintah juga merilis ada 1.882 kasus konfirmasi positif Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Dari angka tersebut, DKI Jakarta tetap menjadi provinsi dengan penambahan kasus harian terbanyak yakni 392 orang. Menyusul kemudian Jawa Tengah dengan 319 kasus baru, Jawa Timur dengan 265 kasus, Sumatra Utara dengan 169 kasus, dan Sulawesi Selatan dengan 150 kasus.

Dengan penambahan hari ini, maka total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air menjadi 91.751 orang. Angka ini didapat hanya dalam kurun waktu tak sampai lima bulan sejak kasus positif pertama kali diumumkan di Indonesia pada awal Maret lalu.

Sejak Selasa (21/7) sampai Rabu (22/7), jumlah spesimen yang diperiksa sebanyak 25.302 unit. Sehingga total spesimen Covid-19 yang sudah diperiksa di Indonesia mencapai 1.283.109 spesimen.

Selain itu, tercatat ada 1.789 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh selama satu hari terakhir. Jumlah pasien yang sembuh pun tercatat sebanyak 50.255 orang.

Ada yang berbeda mulai Rabu (22/7) ini. Pemerintah tidak lagi mengumumkan perkembangan terkini penanganan Covid-19 secara langsung seperti biasanya. Sejak Maret lalu, informasi mengenai penanganan Covid-19 harian disampaikan oleh Achmad Yurianto selaku Jubir Pemerintah untuk Penanganan Covid-19.

Namun sejak Selasa (21/7) kemarin, Yurianto sudah tak lagi menjabat sebagai jubir. Tugasnya digantikan oleh Prof. Wiku Adisasmito yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Tim Pakar Gugus Tugas.

Seiring pertukaran 'pemain' ini, pemerintah mengubah pola komunikasi. Kini, informasi Covid-19 hanya bisa dilihat di situs resmi pemerintah terkait penanganan Covid-19, yakni covid19.go.id dan juga situs resmi Kementerian Kesehatan.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 hari ini juga merilis daftar provinsi dan kabupaten/kota yang mengalami angka kematian tertinggi akibat virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Provinsi yang mengalami angka kematian tertinggi adalah Gorontalo yaitu 0,7 per 100 ribu penduduk, sementara Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi kabupaten dengan kematian tertinggi yaitu 4,6 per 100 ribu penduduk.

"Angka kematian akibat Covid-19 tertinggi di tingkat provinsi per 19 Juli 2020 yaitu di Gorontalo dengan angka penambahan 0,7 per 100 ribu penduduk. Kemudian, peringkat kedua adalah Kalsel dan peringkat ketiga yakni Sulawesi Selatan," ujar Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah saat konferensi pers virtual di akun Youtube saluran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema Covid-19 dalam Angka, Rabu (22/7).

Kabar baiknya, dia melanjutkan, ada provinsi yang tidak terjadi penambahan kematian akibat virus corona dalam periode sepekan terakhir, termasuk Kalimantan Barat (Kalbar). Sementara itu, ia menyebutkan Banjarbaru menjadi kota/kabupaten yang mengalami kematian terbanyak akibat Covid-19 dibandingkan daerah lainnya yaitu 4,6 per 100 ribu penduduk.

"Kemudian, Surabaya di Jawa Timur (Jatim) menduduki posisi kedua yaitu 3,8 per 100 ribu penduduk," katanya.

Kemudian, dia menyebutkan, Kota Mataram di Nusa Tenggara Barat selanjutnya Makassar di Sulawesi Selatan, dan Gresik di Jatim juga menyusul kasus kematian tertinggi di tingkat kabupaten/kota. Kendati demikian, ia masih mengapresiasi sebanyak 409 kabupaten/kota tidak mengalami penambahan kematian akibat Covid-19 selama sepekan terakhir. Terkait tingginya kematian akibat Covid-19 di sebuah daerah, Dewi menegaskan itu bergantung pada pengendalian kasus di wilayahnya.

"Bisa saja penularannya tinggi tetapi penanganannya kurang baik," katanya.

Terkait data perkembangan penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah mengklaim, saat ini pihaknya berproses dalam melaporkan perkembangan kasus penularan virus ini.

"Kalau misalnya setiap sore ada pooling data (perkembangan kasus harian Covid-19) maka sekarang update kasus harian tetap ada di situs kami," kata Dewi.

Ke depannya, dia melanjutkan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sedang mengusahakan laporan perkembangan kasus berjalan realtime. "Jangan kaget kalau nanti bertambah kasusnya berbeda-beda di tiap jamnya. Jadi bisa akses situs www.covid19.go.id," ujarnya.

Di laman itu, dia melanjutkan, ada fitur Tanya Bot dan masyarakat bisa bertanya hal-hal terkait pengendalian virus corona. Misalnya seperti apa, definisi virus, istilah-istilah, kemudian bagaimana mengalami gejala yang diduga Covid-19 dan akan mendapatkan penjelasan.

Dewi mengatakan, fitur ini hanya menjawab pertanyaan secara umum. Sementara untuk menjelaskan pertanyaan spesifik terkait data, kemungkinan pihaknya menyediakan tambahan fitur mengenai ini.

"Jadi, masyarakat bisa memahami (data Covid-19)," katanya.

Tak hanya itu, pihaknya juga mengeluarkan analisis data mingguan di semua provinsi dan kabupaten/kota hingga jumlah penambahan Covid-19 dan diumumkan di laman ini.

"Semua itu bisa diakses di www.covid19.go.id," ujarnya.

photo
Infografis Indonesia diprediksi jadi pusat Covid-19 ketiga di Asia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement