Jumat 31 Jul 2020 12:08 WIB

Idul Adha yang Berbeda Bagi Umat Muslim di Australia

Bisnis bagi Muslim Australia menurun saat Idul Adha akibat pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Idul Adha yang Berbeda Bagi Umat Muslim di Australia.
Foto: Dok Panitia Iedul Adha Brisbane 1438 H
Idul Adha yang Berbeda Bagi Umat Muslim di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Asiye Kekiliki, seorang perempuan Muslim yang tinggal di Australia bersama dengan keluarganya merasakan perbedaan sangat besar dalam merayakan hari raya Idul Adha 1441 H. Pada tahun ini, segalanya menjadi berbeda akibat pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). 

Kekili yang mengelola sebuah toko perhiasan di Auburn, Sydney bersama sang suami dan putranya yang masih remaja juga merasakan perbedaan dalam bisnisnya itu. Biasanya, menjelang Idul Adha, banyak warga Muslim di wilayah tersebut yang datang mencari dan membeli produk-produk yang dijual olehnya. 

Baca Juga

Namun, penjualan produk perhiasan di toko miliki Kekilli menurun sejak awal tahun ini. Terlebih dengan adanya pembatasan acara-acara besar, serta pertemuan orang-orang yang diberlakukan Pemerintah Australia untuk mencegah penularan Covid-19 lebih lanjut. 

“Itu (penjualan) turun) setidaknya 50 persen. Pelanggan dari Melbourne tidak dapat datang ke toko kami, jadi mereka hanya memesan secara daring,” ujar Kekilli, dilansir SBS, Jumat (31/7). 

 

Toko perhiasan yang beraam Kekilli Jewellery tersebut cukup dikenal di Auburn. Biasanya, saat Idul Adha, keluarga pemilik bisnis ini mengadakan perayaan tradisi Turki, negara asal mereka. “Sesuai tradisi, orang Turki mencium tangan, tetapi tahun ini Anda bahkan tidak bisa berada dalam jarak satu setengah meter dengan orang lain, apalagi bersentuhan,” kata Kekilli.

Idul Adha menjadi hari raya yang diselenggarakan setiap tahun oleh umat Muslim di seluruh dunia, sekaligus hari raya kedua dalam Kalender Islam setelah Idul Fitri. Pada hari raya ini, diperingati peristiwa qurban, yatu ketika Nabi Ibrahim AS bersedia mengorbankan putranya Ismail, yang kemudian digantikan oleh Allah SWT dengan domba. Sejak itu, pemotongan hewan qurban dilakukan setiap Idul Adha, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang membutuhkan. 

Sementara itu, bagi Reem Alameddine, warga Muslim di Australia lainnya, Idul Adha pada tahun ini terasa cukup menyedihkan karena tidak banyak orang yang tertarik untuk membeli kue dan biskuit, maupun suguhan manis lainnya. Padahal, saat hari raya, sajian seperti ini sangat populer tersedia di rumah-rumah.

Alameddine, yang menjalankan bisnis kue rumahan ‘Sweet Treats by Reem’, mengatakan penjualan turun secara signifikan pada tahun lalu. Covid-19 menurutnya telah perlahan dan pasti membuat bisnis bergerak lambat.  

“Saya mendapat hanya setengah dari apa yang biasanya dihasilkan. Orang-orang tidak mengadakan pertemuan besar jadi mereka tidak memesan banyak,” ungkap Alameddine.

Alameddine lahir di Sydney dari orang tua yang berasal dari Lebanon kemudian bermigrasi ke Australia untuk mencari kehidupan lebih baik. Ia mengaku bahwa hari raya Idul Adha tahun ini tentu sangat menyedihkan dan sulit karena biasanya momen ini dilewati dengan menghabiskan waktu bersama keluarga besar.

“Anak-anak saya senang melihat kakek-nenek mereka, tetapi kami akan mengadakan pertemuan yang lebih kecil yang bukan merupakan tujuan dari hari raya,” jelas Alameddine. 

Selain itu, warga Muslim di Australia juga terkena dampak larangan ibadah haji pada tahun ini. Hal ini sesuai keputusan pihak berwenang Arab Saudi yang bertujuan meminimalisir penyebaran wabah Covid-19 selama ibadah.

https://www.sbs.com.au/news/eid-al-adha-is-very-different-for-australia-s-muslims-this-year

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement