Selasa 18 Aug 2020 12:59 WIB

AS Desak Arab Saudi Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel

AS menyebut hubungan diplomatik dengan Israel baik untuk bisnis Arab Saudi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner. Kushner mendorong Arab Saudi membuka hubungan diplomatik dengan Israel
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Penasihat Gedung Putih sekaligus menantu Presiden AS Donald Trump Jared Kushner. Kushner mendorong Arab Saudi membuka hubungan diplomatik dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner mendorong Arab Saudi melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Menurut dia, hal itu akan menjadi kepentingan Riyadh.

"Ini akan sangat bagus untuk bisnis Saudi, ini akan sangat baik untuk pertahanan Saudi, dan, sejujurnya, saya pikir itu juga akan membantu rakyat Palestina," kata Kushner pada Senin (17/8), dilaporkan laman Israel National News.

Baca Juga

Kushner mengungkapkan, Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) telah berulang kali menyatakan keinginan agar Palestina dapat merdeka dengan memiliki peluang ekonomi. "Apa yang pada dasarnya mereka katakan adalah bahwa mereka ingin melihat rakyat Palestina memiliki negara dan peluang ekonomi. Banyak negara-negara ini berkepentingan dari sudut pandang keamanan dan dari sudut pandang ekonomi untuk memiliki hubungan dengan Israel," ujarnya.

Kushner berpendapat normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel juga penting untuk menghadapi ancaman Iran. "Semakin banyak negara bersatu seperti Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) semakin sulit bagi Iran untuk membelah dan menaklukkan," ucapnya.

"Jika Anda berpikir tentang orang-orang yang tidak ingin Arab Saudi dan Israel membuat perjanjian damai, lawan nomor satu untuk itu adalah Iran. Itu menunjukkan bahwa mungkin itu hal yang benar untuk dilakukan," kata Kushner.

Pada Kamis pekan lalu, Israel dan UEA berhasil mencapai kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik. Hal tersebut tercapai dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Itu merupakan kesepakatan damai pertama Israel dengan negara Arab dalam 26 tahun. Di bawah kesepakatan normalisasi dengan UEA, Israel disebut setuju untuk menangguhkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menekankan bahwa rencana aneksasi tidak sepenuhnya disingkirkan.

Sejauh ini Saudi belum memberikan pernyataan atau respons resmi atas tercapainya normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan UEA. Sementara Iran telah mengecam kesepakatan tersebut. "Mereka (UEA) sebaiknya berhati-hati. Mereka telah melakukan kesalahan besar, tindakan pengkhianatan. Kami berharap mereka akan menyadari ini dan meninggalkan jalan yang salah ini," kata Presiden Iran Hassan Rouhani pada Sabtu (15/8) lalu.

Uni Emirate Arab telah membantah anggapan bahwa kesepakatan normalisasi hubungan yang dicapainya dengan Israel bertujuan untuk melawan Iran. UEA menekankan tidak ingin memprovokasi negara tetangganya. "Ini bukan tentang Iran. Ini tentang UEA, Israel, dan AS. Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat semacam pengelompokan melawan Iran," kata Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash, dikutip laman Al Arabiya.

Gargash mengakui UEA memiliki hubungan yang rumit dengan Iran. "Meskipun kami memiliki keprihatinan, kami juga merasa bahwa menyelesaikan masalah ini harus melalui diplomasi dan deeskalasi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement