Selasa 18 Aug 2020 18:15 WIB

Laporan Media: Mesir Surga Nikah Wisata Pelancong Teluk  

Media melaporkan suburnya praktik nikah wisata pelancong Teluk di Mesir.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Nashih Nashrullah
Media melaporkan suburnya praktik nikah wisata pelancong Teluk di Mesir. Ilustrasi Mesir.
Foto: travlang.com
Media melaporkan suburnya praktik nikah wisata pelancong Teluk di Mesir. Ilustrasi Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — Howeida (nama samaran) yang masih berusia 15 tahun saat 2008 lalu, akan menjalani pernikahan pertamanya. Dia mengenang, pada saat itu orang tuanya tengah berbicara singkat dengan seorang lelaki dari Arab Saudi di ambang pintu.

Howeida melanjutkan ceritanya, lelaki Arab itu memberi keluarganya mahar sekitar 1.750 euro (sekitar Rp 31 juta). Biaya itu, sambungnya, akan menjadi biaya ‘pernikahan’ yang berlangsung selama 20 hari penuh.

Baca Juga

Dalam waktu tersebut, Howeida mengaku diperkosa berulang kali. Setelah tenggang waktu habis, lelaki yang dia sebut berasal dari Saudi itu pergi begitu saja meninggalkannya, seiring liburan musim panas yang berakhir.  

Howeida hanya satu dari banyak "pengantin musim panas", nama romantis untuk prostitusi di Mesir. Setiap tahun, turis kaya dari negara-negara Teluk melakukan perjalanan ke Mesir dan memilih seorang gadis untuk menemaninya di liburan musim panas.  

Mahar yang ditawarkan, merupakan jumlah yang sangat besar untuk keluarga yang menerimanya di Mesir. Bahkan, jumlah itu bisa menjadi total beberapa kali dari gaji tahunan. Setelah mendapat uang, keluarga Howeida juga diketahui langsung membeli lemari es dan mesin cuci. 

"Kedengarannya sangat menggoda. Keluarga saya mengatakan kepada saya bahwa saya akan mendapatkan pakaian dan hadiah. Saya masih sangat muda. Pada akhirnya saya memberikan persetujuan saya," kenang Howeida seperti dikutip qantara Selasa (18/8).   

Pernikahan kontrak dengan label ‘halal’ itu hanya membutuhkan kontrak, yang bisa ditemukan di toko buku manapun. Sedangkan untuk dokumen pernikahan lainnya, diklaim bisa diselesaikan secepatnya. 

Howeida saat ini telah berusia 28 tahun. Dalam kurun waktu 15 tahun itu, dirinya telah menikah sebanyak delapan kali, dan setiap waktunya hanya dilakukan beberapa hari.   

Rasa malu memang tak bisa dia tutupi, sehingga nama aslinya tak mau dia sebut. Terlebih, dirinya hanya bisa bersembunyi di balik niqab dan hanya memperlihatkan matanya karena itu.  

"Saya masih polos. Saya masih percaya pada cinta. Malam pertama sangat mengerikan. Setelah itu, saya mengalami masalah psikologis." ungkap dia.   

Dia mengaku, keputusan keluarga tidak ditolak jika akan menikahinya lagi di musim panas mendatang. Meskipun, harga yang diterima tidak akan lebih besar dari sebelumnya, mengingat Howeida yang sudah tak perawan. 

Kecanduan uang  

Pengacara dan penasehat LSM dalam kasus perdagangan manusia serta prostitusi Mesir, Ahmed Moselhy menyebut bahwa kisah Howeida dan kasus serupa lainnya merupakan hal yang sudah tidak aneh.  

"Banyak gadis ingin membantu keluarga mereka dan menikah secara sukarela. Dan lagi dan lagi, karena uang bisa membuat ketagihan," kata Moselhy.  

Dia mencontohkan, di daerah pinggiran Kairo kasus itu cukup banyak karena kehidupan warga yang sangat miskin. Seperempat penduduk di sana, kata dia, harus menghasilkan kurang dari dua dolar sehari untuk hidup.  

Sehingga, hal itu dinilainya berperan dalam kedatangan turis seks. Kadang-kadang, sambung dia, turis itu berani membayar lebih dari 100 ribu euro untuk seorang gadis - tergantung pada penampilan, usia, durasi pernikahan dan status perawan atau tidaknya.  

Dia menegaskan, dampak dari proses hukum karena hal itu menjadi terbatas. Bahkan, pada 2012 lalu, dirinya membawa mak comblang "Ousha" dan kaki tangannya ke pengadilan dengan total sebelas orang. Mereka menerima hukuman penjara mulai dari enam bulan hingga 18 tahun.  

Tuduhannya, adalah perdagangan manusia. Namun, bisnis kotor dengan label ‘halal’ itu tetap terjadi. Tidak ada angka resmi, walaupun LSM memperkirakan bahwa ada ribuan pria terus datang ke Mesir setiap tahun untuk mencari pengantin wanita di musim panas. 

Kembali ke pinggiran Kairo, Howeida mengaku telah meninggalkan bisnis itu. Meskipun dirinya masih tinggal bersama ayah dan ibunya.  

"Aku tidak lagi takut pada mereka, tapi aku membenci mereka. Terutama ayahku. Mengapa dia membiarkan ini terjadi?" ungkap dia.  

Saat ini Howeida sedang berusaha mencari pria yang tepat untuk pernikahan sejati. Namun nyatanya, ada stigma bahwa mantan pengantin musim panas tabu di kalangan sekitar, sehingga tak jarang banyak yang menganggapnya sebagai wanita yang tidak lagi terhormat.  

Sumber: https://en.qantara.de/content/sex-tourism-in-egypt-a-bride-for-the-summer  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement