Jumat 18 Sep 2020 01:56 WIB

Al-Irsyad: Dunia Kebudayaan Betawi Kehilangan Abah Alwi

Abah Alwi merupakan sosok yang telah banyak memberi inspirasi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Al-Irsyad: Dunia Kebudayaan Betawi Kehilangan Abah Alwi. Profil Abah Alwi Shahab
Foto: Republika
Al-Irsyad: Dunia Kebudayaan Betawi Kehilangan Abah Alwi. Profil Abah Alwi Shahab

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad Abdullah Abubakar Batarfie mengaku kehilangan atas meninggalnya wartawan senior Republika Alwi Shahab. Menurutnya, selain dunia media massa, dunia kebudayaan juga merasa kehilangan atas wafatnya sosok yang akrab disapa Abah Alwi.

"Dunia kebudayaan Indonesia, terkhususnya sejarah dan budaya Betawi, hari ini merasakan duka yang teramat dalam atas berpulangnya ke rahmatullah seorang tokoh yang akrab kami sapa dengan panggilan Abah Alwi," kata Abdullah Abubakar Batarfie saat diminta pendapatnya sosok Abah Alwi, Kamis (17/9).

Abdullah yang pernah menjabat Ketua Umum Pemuda Al-Irsyad, mengatakan, sebagai bentuk duka, Al-Irsyad atas nama Pusat Dokumentasi Dan Kajian (PUSDOK) Sejarah Al-Irsyad turut menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atas wafatnya Bapak Alwi Shahab. 

Bagi Al-Irsyad, kata Abdullah Batarfie, Abah Alwi merupakan sosok yang telah banyak memberi inspirasi untuk dengan cermat mengumpulkan serpihan-serpihan berharga yang bernilai tentang sejarah gemilang Al-Irsyad yang jejaknya banyak tersebar dan masih dapat dijumpai di ibu kota Jakarta, dari sejak keberadaan Syaikh Ahmad Surkati di Kampung Pekojan, kampung Arab pertama di Batavia. Tempat-tempat tersebut di mana Syaikh Surkati untuk pertama kalinya menetap di Jakarta sejak kedatangannya pada bulan Maret 1911. 

"Hingga ide dan gagasannya dalam medirikan Al-Irsyad Al-Islamiyyah pada 6 September 1914 dan pembukaan madrasahnya di kawasan Jatipetamburan, Jakarta Pusat," katanya.

Dan Abah Alwi lah kata Abdullah Batarfi yang memperkuat cerita peran dakwah dan perjuangan Syaik Surkati begitu besar di Indonesia. "Jejak-jejak lokasi bersejarah itu, beliau urai satu demi satu dengan kemampuan daya ingatnya yang luar biasa," katanya.

Menurutnya, dalam menceritakan sejarah Al-Irsyad, Abah Alwi bukan sekedar mengulang peristiwa penting lahirnya Al-Irsyad, tapi lengkap dengan sejarah kawasannya, sejuta cerita Abah Alwi kisahkan, seolah pendengar sedang berada di masa yang lampau.  Abah Alwi begitu detail dalam menceritakan sejarah Al-Irsyad dan Ibu Kota Jakarta.

"Kami terbawa oleh romantisme di masa lalu bersamanya tentang keindahan kota Jakarta, kota yang pernah dia sebut dalam bukunya karena keindahannya mendapatkan julukan sebagai "Ratu dari Timur" atau The Queen of the East," katanya.

Abdullah Batarfie menuturkan, ketika itu, setelah mendengarkan sejarah pendiri Al-Irsyad di kediaman Abah Alwi, dalam pagi yang masih berselimutkan kabut, pemuda Al-Irsyad pergi menelusuri jejak-jejak Surkati di Jakarta. Meski dengan kondisi kesehatannya yang disaat itu beliau tidak ikut turut serta menjelajah jejak-jejak bersejarah bersama pemuda Al-Irsyad.

"Tapi antusiasnya melihat kegiatan napak tilas yang dilakukan oleh kami saat itu, beliau sangat bersemangat dan menaruh harapan yang sangat besar dengan pesannya agar kegiatan tersebut dipelihara berkesinambungan," katanya.

Bagi Al-Irsyad, sosok seperti Abah Alwi ini benar-benar, sepanjang hidupnya telah mendedikasikan diri untuk pengembangan dunia literasi sejarah dan kebudayaan Islam di Indonesia. Terutama untuk sejarah dan kebudayaan yang mengangkat yang mengangkat nilai dan sejarah lokal.

Menurut dia, tidak banyak buku yang ditulis oleh sejarawan tentang kota Jakarta yang lengkap dengan bumbu-bumbu kisah seputar kehidupan sehari-harinya secara langsung dalam masyarakat Betawi, selain yang pernah ditulis oleh Abah Alwi. Karena Abah Alwi memang lahir, tumbuh besar hingga wafatnya di Jakarta ini, bersama kultur jakarta yang multi etnis dan corak aneka budaya. 

"Karyanya tentang sejarah dan budaya Jakarta adalah khazanah yang sangat bernilai," katanya.

Wartawan senior Republika ini bagi kami adalah sejarawan dan budayawan yang sangat luar biasa, bijak dan objektif dalam mengurai sejarah, tanpa skat dan keberpihakan di dalamnya yang beragam ras dan agama. Abah Alwi pun tergolong yang sangat memperhatikan ukhuwah. 

Beliau yang kala itu sudah terbilang sepuh, masih menyempatkan hadir memberi kehangatan sekaligus kenang-kenangan berada di antara kami dengan menghadiri pembukaan Muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke-39 tahun 2012 di Hotel Sahid Jakarta.

Al-Irsyad berduka atas berpulangnya wartawan senior republika, sejarawan dan budayawan Betawi yang luar biasa, Bapak Alwi Shahab. Abah Alwi telah turut serta menjaga literasi budaya dan sejarah kota Jakarat melalui karya-karyanya yang monumental, karya tulisnya disantap dan dlihap habis oleh jutaan para pembacanya. 

"Selamat Jalan Abah Alwi, Semoga dedikasimu menjadi inspirasi kita semua dan semoga amal baikmu diterima, iman dan Islamnya, husnul khatimah." katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement