Sabtu 19 Sep 2020 16:23 WIB

Penelitian Ungkap Virus Corona Tahan Panas dan Amat Tangguh

Bagaimana virus corona berhasil bertahan dari gangguan lingkungan masih belum jelas.

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Penelitian Ungkap Virus Corona Tahan Panas dan Amat Tangguh. Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Penelitian Ungkap Virus Corona Tahan Panas dan Amat Tangguh. Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Sebuah tim peneliti di Hungaria melakukan eksperimen untuk mengukur seberapa besar kekuatan dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19. Langkah dimulai dengan ‘mencubit’ virus menggunakan jarum nano.

Virion asli SARS-CoV-2, partikel virus lengkap diketahui hanya berukuran sekitar 80 nanometer. Ujung jarum yang digunakan dalam penelitian ini pun jauh lebih kecil. 

Baca Juga

Dilansir di Asia One, Sabtu (19/9), ujung jarum bergerak dari atas virus menuju ke bawah. Virion (dalam bentuk partikel independen) itu kemudian terjepit. Ia segera memantul begitu jarum dicabut. 

Para peneliti mengulangi latihan tersebut 100 kali dan partikel virus yang sama tetap hampir utuh. Karena itu, SARS-CoV-2 diyakini sebagai virus yang sangat tangguh. 

Virus corona jenis baru telah mengejutkan para ilmuwan dengan strukturnya yang unik. Sebagai contoh, tim dari Universitas Tsinghua di Beijing merilis rekonstruksi struktural paling rinci dari virus di jurnal Cell dengan penemuan virus dapat menumpuk pita asam nukleat dalam jumlah besar, yang membawa data genetik ke dalam amplop yang sangat rapat. Keduanya menjadi terjerat.

Namun, virus yang yang digunakan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya lainnya dibekukan untuk mendapatkan bidikan yang tajam dan stabil untuk kamera. Tim peneliti dari Hungaria yang dipimpin oleh Miklos Kellermayer dari Semmelweis University di Ibu Kota Budapest menangkap bagaimana virus corona jenis baru berperilaku ketika masih hidup.

Mereka meletakkan partikel virus di atas nampan yang dilapisi dengan bahan pengikat biologis. Bahan tersebut dapat memperbaiki posisi virus. Di bawah mikroskop gaya atom yang memancarkan laser, para ilmuwan bermain-main dengan virus dengan jarum untuk melihat bagaimana ia merespons berbagai rangsangan.

Virus biasanya menjadi rentan setelah meninggalkan inangnya. Tetapi menurut beberapa penelitian, SARS-CoV-2 dapat bertahan di beberapa permukaan sehari-hari seperti lemari selama beberapa hari.

Bagaimana virus berhasil bertahan dari gangguan lingkungan masih belum jelas. Tim peneliti menemukan ampler virus corona jenis baru hampir tidak memberikan perlawanan saat ujung jarum mendarat di permukaan. Saat ujungnya melangkah lebih jauh, gaya penahan memuncak dan kemudian dengan cepat berkurang hingga hampir tidak ada.

Data eksperimental mereka menunjukkan SARS-CoV-2 bisa menjadi virus paling elastis secara fisik yang pernah dikenal manusia sejauh ini. Deformasi berulang tampaknya juga tidak memengaruhi keseluruhan struktur dan konten di dalam virus.

"Sifat mekanis dan penyembuhannya sendiri dapat memastikan adaptasi terhadap berbagai keadaan lingkungan," ujar Kellermayer dalam pernyataan studi tersebut.

Ilmuwan Cina sebelumnya memperkirakan SARS-CoV-2 memiliki 26 protein lonjakan di permukaannya yang dapat mengikat dengan sel inang. Para peneliti di Universitas Cambridge di Inggris memberikan perkiraan serupa yaitu 24. Sebuah penelitian oleh para peneliti di Institut Max Planck di Jerman menghasilkan 40.

Kellermayer mengatakan ada 61 lonjakan pada spesimen mereka. Ini memberi kesan bahwa variabilitas struktur virus bisa lebih besar daripada yang diperkirakan. 

Mereka menusuk protein lonjakan dengan jarum dan menemukan protein itu berayun dengan cepat pada frekuensi tinggi. Kamera atom dapat mengambil lebih dari 300 bidikan dalam satu detik tetapi masih hanya mendapatkan gambar paku yang buram.

Gerakan berkecepatan tinggi seperti itu dapat membantu virus lebih mudah menemukan dan menghubungkan ke sel inang, menurut para peneliti. Sebuah studi oleh ilmuwan Prancis pada April menemukan virus tersebut dapat bereplikasi di sel hewan setelah terpapar suhu 60 derajat Celsius selama satu jam. 

Wabah Covid-19 di beberapa negara pada musim panas belahan bumi utara juga menunjukkan suhu tinggi tidak memperlambat penyebaran pandemi seperti yang diharapkan sebelumnya. Kellermayer dan koleganya memanaskan partikel virus hingga 90 derajat selama 10 menit dan menemukan secara luar biasa, penampilan global dari ini hanya sedikit berubah. Beberapa duri terlepas di bawah panas yang menyengat, tetapi struktur keseluruhan tetap utuh.

"Virion Sars-CoV-2 menampilkan stabilitas termal global yang tidak terduga, yang kemungkinan terkait dengan aerosol dan stabilitas permukaan," kata Kellermayer.

https://www.asiaone.com/world/coronavirus-found-be-heat-tolerant-self-healing-and-very-resilient-lab-tests

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement