Ahad 27 Sep 2020 15:39 WIB

Ekonom: Kondisi Perbankan Syariah Lebih Baik Saat Pandemi

Dari sisi pembiayaan, perbankan syariah tumbuh lebih pesat dibanding bank umum.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Perbankan syariah memiliki modal signifikan untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Ekonom dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan 2015-2020, Fauzi Ichsan menyampaikan perbankan syariah punya tantangan dan kelebihan tersendiri jika dihadapkan pada kondisi seperti saat ini.
Foto: Republika/Prayogi
Perbankan syariah memiliki modal signifikan untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Ekonom dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan 2015-2020, Fauzi Ichsan menyampaikan perbankan syariah punya tantangan dan kelebihan tersendiri jika dihadapkan pada kondisi seperti saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah memiliki modal signifikan untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Ekonom dan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan 2015-2020, Fauzi Ichsan menyampaikan perbankan syariah punya tantangan dan kelebihan tersendiri jika dihadapkan pada kondisi seperti saat ini.

"Data-data dan kondisi saat ini menunjukkan bahwa industri perbankan syariah memang memiliki kemampuan bertahan dari segala dampak negatif yang timbul akibat pandemi," kata dia, Ahad (27/9).

Baca Juga

Dari sisi pembiayaan, perbankan syariah tumbuh lebih pesat dibanding pertumbuhan kredit perbankan umum. Dan ini didukung pertumbuhan dana pihak ketiga yang tinggi.

Kredit bank konvensional tumbuh 1,04 persen per Juli 2020, sementara pembiayaan bank syariah tumbuh 10,23 persen. Sementara DPK tumbuh 8,78 persen untuk bank syariah dan 8,44 persen untuk bank konvensional.

Dengan keterpurukan sektor finansial global, perbankan syariah masih resilient. Bahkan karena perbankan syariah relatif muda usianya di Indonesia, beberapa bank sudah mengembangkan layanan digital lebih baik dan robust daripada bank konvensional.

Ia mengatakan tidak semua bank syariah memiliki rasio keuangan yang sama. Walau adanya pandemi, rasio kecukupan modal (CAR) bank syariah tetap tinggi di kisaran 20-22 persen dan hampir merata antara bank syariah Buku I, II, dan III.

Namun demikian, ROA dan NOM bank syariah Buku I dan II tercatat masih rendah di bawah satu persen. Sementara ROA dan NOM bank syariah Buku III di kisaran dua persen. Bank Buku II dan I menghadapi tingginya biaya DPK karena nasabah memilih memindahkan dana ke bank lebih besar.

Efisiensi atau BOPO bank syariah Buku I dan II juga tinggi di atas 90 persen dibanding BOPO bank syariah Buku III yakni sekitar 81 persen. Nilainya cukup bersaing bahkan lebih efisien dibanding bank konvensional.

"Namun di satu sisi, kinerja dan performa bank syariah di Indonesia menunjukan sentimen positif dan optimistis," katanya.

Rasio pembiayaan bermasalah bank syariah Buku I dan II masih tercatat tinggi di kisaran 5,3 persen dan 3,6 persen. Sementara bank syariah Buku III memiliki infrastruktur dan manajemen risiko lebih baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement