Selasa 13 Oct 2020 16:36 WIB

Tren Memasak Tingkatkan Pembelian Produk Agroindustri

Sebelum pandemi, rata-rata orang berbelanja produk agroindustri 7 hari sekali

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Frekuensi masyarakat dalam membeli produk agroindustri meningkat di masa pandemi. Hal ini sesuai dengan hasil survei cepat yang dilakukan MarkPlus, Inc. pada 100 responden di seluruh Indonesia dengan kelompok usia mayoritas di atas 35 tahun dengan dominasi jumlah pengeluaran bulanan sebesar Rp 3 juta sampai Rp 4,9 juta per bulan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Frekuensi masyarakat dalam membeli produk agroindustri meningkat di masa pandemi. Hal ini sesuai dengan hasil survei cepat yang dilakukan MarkPlus, Inc. pada 100 responden di seluruh Indonesia dengan kelompok usia mayoritas di atas 35 tahun dengan dominasi jumlah pengeluaran bulanan sebesar Rp 3 juta sampai Rp 4,9 juta per bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Frekuensi masyarakat dalam membeli produk agroindustri meningkat di masa pandemi. Hal ini sesuai dengan hasil survei cepat yang dilakukan MarkPlus, Inc. pada 100 responden di seluruh Indonesia dengan kelompok usia mayoritas di atas 35 tahun dengan dominasi jumlah pengeluaran bulanan sebesar Rp 3 juta sampai Rp 4,9 juta per bulan. 

Associate MarkPlus Chrestella Carissa mengatakan apabila sebelum adanya pandemi mayoritas responden berbelanja produk agroindustri 2 sampai 7 hari sekali, saat ini 37 persen responden mengaku lebih sering membeli produk tersebut. 

"Total transaksi belanja masyarakat untuk hasil agroindustri juga meningkat menjadi lebih dari Rp 500 ribu per transaksi. Hal ini terjadi karena adanya tren memasak makanan di rumah untuk menjamin kualitas dan nutrisi makanan yang dikonsumsi," ujar Carissa dalam The 2nd MarkPlus Industry Roundtable: Agro Industry Sector di Jakarta, Selasa (13/10).

Carissa mengatakan pasar tradisional menjadi lokasi belanja favorit 64 persen masyarakat di masa sebelum pandemi. 59 persen memilih supermarket dan 54 persen membeli hasil produk agroindustri dari pedagang keliling. Namun di masa pandemi, saluran pembelian daring menjadi primadona berbelanja sebesar 24 persen, pasar dekat rumah 24 persen, dan 21 persen membeli di pedagang keliling. 

Sebanyak 52 persen responden khawatir penjual dan produk terpapar virus Covid-19 jika mereka mengunjungi pasar tradisional maupun supermarket. Sekitar 51 persen takut jika tempat belanja ramai dan 49 persen khawatir harga meningkat.

"Mereka tidak yakin apakah penjual terpapar virus Covid-19 dan juga takut apabila toko luring ramai," ucap Carissa. 

Carissa menyampaikan produsen maupun penjual produk agroindustri diharapkan mampu menjamin dan mengedukasi konsumen terkait keamanan proses produksi maupun penjualan produk yang telah menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital dan ketersediaan produk juga perlu terus dijaga. 

"Tren memasak makanan di rumah saat ini sedang meningkat sehingga masyarakat membutuhkan produk yang segar, berkualitas tinggi untuk mencukupi nutrisi mereka," kata Carissa menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement