Kamis 15 Oct 2020 18:33 WIB

Dua Macam Gelar Doktor Menurut Jusuf Kalla

Jusuf Kalla menghadiri penganugerahan gelar doktor Syafruddin.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Dua Macam Gelar Doktor Menurut Jusuf Kalla. Foto: Ketua Umum DMI Jusuf Kalla (JK)
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Dua Macam Gelar Doktor Menurut Jusuf Kalla. Foto: Ketua Umum DMI Jusuf Kalla (JK)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menghadiri penganugerahan gelar doktor honoris causa kepada Waketum DMI Syafruddin di Gedung Anwar Musaddad UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Kamis (15/10). Dalam pidatonya, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 itu berseloroh soal bedanya gelar doktor akademis dan honoris causa.

"Ada dua macam doktor. Pertama, doktor akadamis yang ditempuh dengan susah payah. Butuh 3-4 tahun, meneliti, buat teori sehingga diakui nanti sebagai doktor. Tidak mudah. (Kedua), doktor honoris causa, anugerah, pemberian, memang pemberian tetapi karena telah terbukti menjalankan segala kemampuan dan teori yang bapak-bapak bikin, sehingga pembuktian itu butuh puluhan tahun, jadi honoris causa jauh lebih panjang waktunya untuk diperoleh dibanding doktor akademis," kata dia di hadapan para profesor dan akademisi UIN Bandung serta sejumlah tokoh nasional.

Baca Juga

Menurut JK, hal itulah yang dilakukan Syafruddin melalui kiprahnya selama ini. Dia mengatakan, kebijakan, tindakan dan perilaku mantan ajudannya itu telah terbukti mampu memberikan sumbangan yang besar bagi bangsa Indonesia dan dunia. "Bagi kehidupan kita menuju perdamaian di dunia, juga perdamaian di kalangan umat," ucapnya.

JK berterima kasih kepada UIN Bandung yang telah meanugerahkan penghargaan gelar doktor kehormatan untuk Syafruddin. Dia mengakui, sampai saat ini masih bekerja sama dengan Syafruddin misalnya dalam memimpin organisasi kemasyarakatan. "Saya ketua DMI, beliau wakil ketua, tetapi sebenarnya dia yang menjalanan, saya hanya nama, beliau yang menjalankan," tutur dia.

 

Dalam kesempatan itu, JK juga menyampaikan, bermacam-macam konflik yang di dunia justru terjadi di negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Warga Irak, Suriah, Yaman, Somalia, Libya, dan Mali serta negara-negara lain hidup dalam ketakutan. "Sementara kita duduk di sini dengan tenang," tambahnya.

Dia pun mempertanyakan mengapa konflik itu terjadi padahal sama-sama umat Islam. JK menjelaskan, agama memang mempersatukan, tetapi di dalam umat itu sendiri terkadang ada banyak perbedaan. Misalnya perbedaan ideologi, kepentingan politik, ekonomi. Hal lain yang juga tidak bisa dilepaskan adalah pengaruh dari luar untuk memecah belah umat sehingga terjadi konflik.

"Itulah yang terjadi pada dunia nyata. Semuanya terjadi karena pengaruh luar, masalah ekonomi, dan ideologi yang tidak perlu diperdebatkan tetapi (konflik) menjadi kenyataan, padahal perdamian itu harapan besar," ucapnya.

JK juga mengingatkan, tidak ada kemakmuran, kemajuan dan kesejahteraan tanpa ada kedamaian. "Maka pembicaraan ini sangat penting. Bicara damai dalam kedamaian itu hal biasa, tetapi bicara kedamaian dalam konflik-konflik itu penting," tuturnya.

Karena itu pula, JK mengatakan, masih banyak hal yang perlu dilakukan. "Adalah kenyataan hidup bahwa kita punya masa keemasan tetapi kita juga mempunyai masa kegelapan pada hari ini," tambahnya.

Untuk mencapai kedamaian, terang JK, dibutuhkan sikap saling menghormati satu sama lain. Selanjutnya, adalah berusaha sebaik-baiknya menjalankan Islam yang rahmatan lil 'alamin. Seorang Muslim tentu selalu mengucapkannya tetapi masih ada Muslim yang saling membunuh. Inilah yang harus disadari umat Islam.

Umat Islam di Asia Tenggara seperti di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, kata JK, patut bersyukur karena berada dalam suasana yang jauh lebih damai dibandingkan negara-negara Muslim lain. Menurutnya, semua ini perlu menjadi pelajaran.

"Selama saling menghargai, saling berhubungan baik, menjaga silaturahim dan menghargai pendapat orang lain, selama kita menghadapi sesama manusia sebagai makhluk Allah yang harus dijaga, maka kedamaian itu akan kita lakukan bersama. Tidak mudah melakukan, mudah mengucapkannya tetapi kita selalu berusaha untuk hal itu," paparnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement