Jumat 16 Oct 2020 05:20 WIB

Inggris Diprediksi Perlu Lockdown Hingga 2021

Inggris dinilai perlu lockdown sampai 2021 minimal sampai vaksin corona ditemukan

Rep: Rizky Surya/ Red: Christiyaningsih
Pengunjung berjalan menggunakan masker saat berbelanja di department store Selfridges, London, Senin, (15/6). Setelah tiga bulan ditutup karena lockdown akibat wabah virus Corona, toko-toko yang menjual pakaian, mainan, dan barang-barang lainnya diizinkan untuk dibuka kembali di Inggris untuk pertama kali sejak negara itu memberlakukan lockdown pada bulan Maret
Foto: AP/Matt Dunham
Pengunjung berjalan menggunakan masker saat berbelanja di department store Selfridges, London, Senin, (15/6). Setelah tiga bulan ditutup karena lockdown akibat wabah virus Corona, toko-toko yang menjual pakaian, mainan, dan barang-barang lainnya diizinkan untuk dibuka kembali di Inggris untuk pertama kali sejak negara itu memberlakukan lockdown pada bulan Maret

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tim peneliti dari Universitas Oxford memprediksi Inggris perlu setidaknya sembilan bulan lagi lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona. Ini karena vaksin yang bisa digunakan kemungkinan belum siap hingga tahun 2021.

Kepala tim vaksin Universitas Oxford Andrew Pollard tengah menjalankan kelompok penelitian untuk menemukan vaksin virus corona. Ia mengatakan tanpa vaksinasi, kecil kemungkinan Inggris kembali ke keadaan normal hingga setidaknya musim panas mendatang.

Baca Juga

Professor Pollard menyebut penerapan protokol kesehatan seperti masker dan jarak sosial tetap perlu dilakukan. Minimal hingga vaksin ditemukan.

"Hidup tidak akan kembali normal sampai musim panas (2021) paling cepat. Kami mungkin terus membutuhkan masker hingga Juli," kata Pollard dalam seminar alumni Oxford dilansir Daily Mail pada Kamis (15/10).

"Jika kita mendapatkan vaksin yang efektif mencegah penyakit, sejauh ini itulah cara terbaik untuk mengendalikan virus. Namun dalam jangka menengah, penanganan corona dengan perawatan yang lebih baik," lanjut Pollard.

Pollard mengingatkan masyarakat untuk tak berharap banyak bisa hidup normal dalam waktu dekat. Menurutnya, bahkan jika memiliki cukup vaksin untuk semua orang, kecil kemungkinan protokol kesehatan dapat langsung dicabut.

"Hanya ketika ada penurunan besar dalam kasus-kasus serius, pemerintah akan merasa dapat melonggarkan langkah-langkah ini. Ini virus yang mudah menular," ujar Pollard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement