Di samping kami, duduk suami isteri satu rombongan kami. Pasangan itu petani karet asal Kalimantan. Setelah puas melahap beberapa hidangan utama, pasangan itu mengeluarkan kardus berisi ayam goreng khas ala Fried Chiken, keduanya melahap sampai habis.
Rupanya, hidangan yang kami rasakan demikian mewah, bagi keduanya masih kurang sehingga perlu membeli di luar.
‘’Aku tidak habis mengerti, apa mereka tidak berpikir kalau di luar sana, banyak jamaah haji yang butuh makanan. Tidak semua jamaah haji adalah orang-orang berduit, tidak sedikit yang mengandalkan sedekah. Sementara disini makanan melimpah, malah dibuang-buang ,’’ ujar isteriku.
‘’Barangkali itulah potret orang-orang yang tak pernah mensyukuri apa yang dimiliki, selalu kurang, atau sudah banyak memiliki tapi masih saja merasa kurang.’’
‘’Mestinya, ambil saja secukupnya, sebelum kenyang berhenti.’’ tambah isteriku.
Aku tertawa.
‘’Hanya orang-orang kekurangan yang bisa begitu dan tentu orang-orang yang bisa mensyukuri rejeki dari Allah,’’
‘’Aku melihat tidak sedikit orang yang begitu, setiap makan pagi, siang atau malam aku selalu melihat orang-orang yang menyia-nyiakan rejeki dari Allah.’’
Sekali lagi aku tersenyum.
‘’Kita tidak boleh bergunjing,’’ kataku lirih.
‘’Astaghfirullah hal adzim….’’gumam isteriku.