Rabu 23 Dec 2020 22:11 WIB

Universitas Muslim Aligarh Peringati Usia 100 Tahun

Universitas Muslim Aligarh di India peringati ke-100 tahun usianya

Kampus Universitas Aligarh, India.
Foto:

 

 

Saat ini, AMU yang didanai oleh otoritas pusat saat ini memiliki 88 departemen, beberapa lembaga afiliasi, sekolah menengah, dan pusat yang mencakup area seluas 1.115 hektar di kota Aligarh, 200 kilometer dari ibu kota New Delhi.

Meskipun telah mendaftarkan siswa dari semua kalangan, namun sekitar 77 persen di antaranya adalah Muslim.

Hampir seabad kemudian, universitas itu sekarang menghadapi tekanan di banyak bidang. Meskipun pada tahun 1981 Parlemen India telah menyatakan AMU sebagai lembaga minoritas untuk mempromosikan pendidikan di kalangan Muslim, Pengadilan Tinggi Allahabad pada 5 Januari 2006 menyatakan bahwa undang-undang ini tidak konstitusional.

Pro kontra tentuang masalah tersebut saat ini sedang menunggu keputusan Mahkamah Agung, namun banyak elemen pemerintah pusat sekarang mendorong untuk menghapus karakter Muslim di universitas.

Selama bertahun-tahun, universitas itu telah mengembangkan etos dan filosofinya - yang dikenal sebagai budaya Aligarh.

Murid laki-laki mengenakan sherwani hitam (mantel panjang yang dikancingkan di sepanjang bagian depan baju).

Seorang siswa senior dianggap sebagai pelindung junior untuk membimbing dan bahkan membantu mereka secara finansial.

Bahkan setelah meninggalkan universitas, siswa junior tersebut tidak diharapkan untuk mengeluarkan dompetnya di hadapan seorang senior.

Solidaritas kuat komunitas alumni Aligarh yang tersebar di seluruh dunia menegaskan ikatan rasa hormat dan kasih sayang yang langgeng yang dibangun di antara para siswa oleh budaya yang unik.

AMU masih menjadi saksi atas upaya Sir Syed untuk melalukan reformasi melalui pendidikan dan menjadi titik awal kebangkitan bagi Muslim di Asia Selatan.

Namun institusi itu sekarang berhadapan dengan ancaman eksistensial dan krisis identitasnya, meski universitas itu telah berperan besar dalam menghasilkan pemimpin dan visioner untuk memimpin Muslim di Asia Selatan.

Kehebatan dan kemegahannya terus mengingatkan makna bait puisi dari salah satu siswa penyair Urdu terkenal Asrarul Haq Majaz, yang menulis untuk lembaga ini:

Setiap malam adalah malam Mesir di sini, setiap malam adalah malam Shiraz di sini

Taman itu mencakup lirik dan lagu dari seluruh dunia

Langit telah turun berkali-kali untuk mencium debu tanah ini

Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri, kekalahan total kesombongan

Ini adalah kebunku, tamanku, dan aku adalah burung bulbul di tamanku

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement