Selasa 19 Jan 2021 08:57 WIB

Islam di Jawa: Dari Haji, Perubahan Sosial, dan Politik

Pemahaman orang Jawa terhadap Islam terjadi perubahan yang dahsyat

Sosok santri Jawsa di masa lalu.
Foto: Republika.co.id
Sosok santri Jawsa di masa lalu.

Adanya data yang diungkakan para peneliti asing mengenai penghayatan Islam di dalam benak orang Jawa pada dekade 1950-an, di masa kini hampir tidak menyisakan bekas, kecuali satu saja yakni dalam soal pemilihan partai politik.

Fakta ini mengutip amatan politisi Golkar, mantan Wakil Ketua MPR, dan salah satu Ketua PP Muhammadiyah, kini menjadi duta besar RI di Lebanon, Hajriyanto Yasin Tohari. 

Pada suatu hari di ruangannya kala masih berkantor di MPR, sempat mengatakan memang kecenderungan politik orang Jawa. Menurut dia warna batin orang Jawa kini sudah hijau (santri), berbeda dengan masa lalu yang didominasi warna merah (abangan) dengan sangat kuat.

’Tapi uniknya, berbeda dengan warna keagamaannya, warna pilihan partainya masih tetap ‘merah’, yakni PDIP. Dan itulah kenyataannya, Entah kapan akan berubah afliasi politisnya menjadi warna yang hijau atau lebih Islamis,’’ kata Hajiryanto sembari terkekeh.

 

Dan harus diakui situasi itu ada benarnya. Dalam soal jumlah jamaah haji misalnya dari wilayah Jawa masa kini angka kenaikkannya sangat berlipat-lipat. Amatan sampai awal 1980-an, sebuah kota kecil yang berada di Jawa pedalaman (pesesir selatan), jumlah naik haji berkisar hanya puluhan saja. (lihat tabel di bawah soal jamaah haji dari wilayah-wilayah yang penduduknya berbahasa Jawa).

Tapi di masa kini jumlahnya sangat besar mencapai ribuan, atau sekitar 1.500-an jamaah. Jadi ini terlihat terjadi perubahan yang sosial yang dahsyat di kampung-kampung, Bahkan dahulu yang disebut kampung merah (kampung dengan warga banyak pengikut PKI dan abangan) kini berubah menjadi kampung santri.

Alhasil, pada setiap tahun, kesannya orang Jawa  yang naik haji seperti orang berdarmawisata ke tempat yang dekat saja. Para penduduk desa di Jawa kini sudah lazim pergi haji secara berombongan. Dan ini masuk akal sebab secara keseluruhan jumlah calon amaah haji di Indonesia kini sudah mencapai lebih 2,5 juta orang. Mereka menunggu berangkat ke tanah suci hingga dua puluh tahun lebih.

''Waduh mas, sekarang pergi sudah enak. Kayak darmawisata, naik pesawat terbang bersama kerabat dan teman sekamoung. Dan temannya jamaah sedaerah banyak sekali, dan terdiri dari emat sampai lima pesawat. Kita sekarang kaya benar mas, bisa sewa pesawat terbang sampai banyak gitu, '' seloroh jamaah haji masa kini.

Jadi, apakah Islam di Jawa masa kini masih setipis kulit ari? Apakah Islam di Jawa masih sekedar baju: Agama ageming (aji?).

Untuk menjawab pasti tentang perubahan sosial masa kini, terutama di masa pandemi, kita tunggu saja hasil penelitian sosial keagamaan yang berikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement