Rabu 20 Jan 2021 17:03 WIB

Rouhani Desak Biden Kembali ke Perjanjian Nuklir

AS menerapkan kembali sanksi yang berdampak buruk bagi ekonomi Iran.

Rouhani Desak Biden Kembali ke Perjanjian Nuklir. Foto selebaran yang disediakan oleh Kantor Kepresidenan Iran menunjukkan Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara selama pertemuan di Teheran, Iran, 07 Januari 2021. Menurut laporan media, Presiden Rouhani mengomentari penyerbuan Capitol AS di Washington DC, AS yang mengatakan bahwa kekacauan itu dibebaskan oleh pendukung Presiden AS Donald J. Trump membuktikan kegagalan demokrasi Barat.
Foto:

Washington menerapkan kembali sanksi yang berdampak buruk bagi ekonomi Iran. Iran, yang menyangkal pernah mengincar senjata nuklir, membalas kebijakan tekanan maksimum Trump dengan secara bertahap melanggar kesepakatan itu. Teheran telah berulang kali mengatakan dapat dengan cepat membalikkan pelanggaran itu jika sanksi AS dihapus.

Antony Blinken, kandidat menteri luar negeri pilihan Biden, mengatakan pada Selasa (19/1) AS tidak akan mengambil keputusan cepat tentang apakah akan bergabung kembali dengan pakta tersebut.

"Karier politik tiran Trump dan pemerintahannya yang tidak menyenangkan telah berakhir hari ini dan kebijakan 'tekanan maksimum' terhadap Iran telah gagal total. Trump sudah mati tetapi kesepakatan nuklir masih hidup," ujar Rouhani.

Biden tampaknya melihat kembalinya kesepakatan itu sebagai awal dari pembicaraan yang lebih luas tentang pekerjaan nuklir Iran, rudal balistiknya, dan kegiatan regional. Tetapi Teheran telah mengesampingkan penghentian program rudalnya atau mengubah kebijakan regionalnya.

 

Pilihan Biden untuk memimpin Pentagon, pensiunan Jenderal Angkatan Darat Lloyd Austin, mengatakan Iran menimbulkan ancaman bagi sekutu Amerika di kawasan dan pasukan yang ditempatkan di Timur Tengah. "Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya telah mengubah wilayah kami menjadi 'tong mesiu', bukan Iran," kata Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif kepada televisi pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement