Ahad 07 Feb 2021 18:45 WIB

Kemenag: Kurikulum Darurat Semakin Relevan

Kurikulum Darurat Semakin Relevan

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Kemenag: Kurikulum Darurat Semakin Relevan. Foto:    Ilustrasi Siswa Madrasah
Foto: Antara/Syaiful Arif
Kemenag: Kurikulum Darurat Semakin Relevan. Foto: Ilustrasi Siswa Madrasah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) merespons masalah pandemi Covid-19 yang panjang dengan menerbitkan Kurikulum Darurat. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani mengatakan,panduan ini merupakan pedoman bagi satuan pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran di madrasah pada masa darurat Covid-19.

"Sebenarnya, ini sudah disiapkan tahun lalu, dan semakin relevan saat pandemi menunjukkan grafik naik drastis," kata dia dalam keterangan tertulisnya kepada Republika pada Ahad (7/2).

Baca Juga

Kurikulim ini sifatnya sementara dan berlaku pada masa pandemi Covid-19 ini lebih menekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan kemandirian siswa. Pemenuhan aspek kompetensi, baik dasar maupun inti, tetap mendapat perhatian dalam skala tertentu.

Adapun kurikulum darurat itu berlaku bagi jenjang pendidikan madrasah mulai dari Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA).  

 

Dalam kondisi darurat, kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan secara normal seperti biasanya. Kendati demikian siswa harus tetap mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran secara penuh. Panduan ini penting diterapkan oleh sekolah, mengingat kondisi school from home bisa berlanjut sampai batas waktu tidak jelas.

Kemenag saat ini memantau implementasinya di sekolah-sekolah berciri khas keislaman yang bernaung di bawah Kemenag. Penelitian sebelumnya telah mengungkap adanya tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga yang mengakibatkan anak stres terkait pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh.

Akibat minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar, ditambah tekanan akibat sulitnya transformasi pelajaran menyebabkan stres pada anak didik meningkat. Untuk itu panduan kurikulum darurat diharap dapat menjadi jalan keluar yang implementatif.

Selama masa pandemi terdapat kasus kekerasan yang tidak terdeteksi. Sebelumnya, Kemenag menemukan fakta bahwa pandemi Covid-19 telah memicu tingginya kasus perkawinan anak di bawah umur.

Badan Peradilan Agama Indonesia telah menerima sekitar 34 ribu permohonan dispensasi kawin yang diajukan oleh calon mempelai yang belum berusia 19 tahun. Saat ini Pemerintah memberikan keleluasaan pada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melakukan pembelajaran tatap muka mulai semester genap 2020/2021 atau Januari 2021. Salah satu alasan pemberian keleluasaan itu adalah untuk mengurangi dampak negatif PJJ. 

Meskipun sudah ada lampu hijau tetapi implementasinya belum sepenuhnya dilakukan. Madrasah di lingkungan Kemenag masih berstatus belajar daring.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement