Selasa 06 Apr 2021 18:01 WIB

Militer Myanmar Bidik Selebritas Tolak Kudeta

Nama selebritas yang diincar diterbitkan di surat kabar pemerintah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.
Foto: AP
Demonstran muda menunjukkan simbol perlawanan tiga jari selama serangan topeng anti-kudeta di Yangon, Myanmar, Minggu, 4 April 2021. Ancaman kekerasan mematikan dan penangkapan pengunjuk rasa gagal menekan demonstrasi harian di seluruh Myanmar yang menuntut militer mundur. dan memulihkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Junta militer Myanmar membidik kalangan selebritas, termasuk musisi dan pemengaruh, yang menyuarakan dukungan terhadap aksi demonstrasi menentang kudeta. Nama mereka yang dicari diterbitkan di surat kabar pemerintah Global New Light of Myanmar pada Senin (5/4).

Setidaknya terdapat 20 figur yang diincar militer Myanmar. Foto, kota asal, dan halaman Facebook mereka dipampang di halaman Global New Light of Myanmar. Mereka dituduh melanggar Pasal 505 (A) KUHP karena menyebarkan berita yang mempengaruhi stabilitas negara. Hukuman dari pasal tersebut maksimal tiga tahun penjara.

Baca Juga

May Toe Khine adalah salah satu pesohor yang dibidik militer Myanmar. Menurut dia, surat perintah penangkapannya muncul karena dia melakukan tugas sebagai warga sipil. Tugas yang dimaksud adalah mengutarakan kebenaran menggunakan platform media sosialnya. "Mohon selalu perhatikan berita di Myanmar sampai kami menang," tulisnya, dikutip laman TRT.

Pada Februari lalu, beberapa aktor dan sutradara yang mendukung gerakan menentang kudeta militer di Myanmar menghadapi dakwaan. Sejauh ini terdapat setidaknya 60 pesohor yan ada dalam daftar militer.

Aksi demonstrasi menolak kudeta militer masih terus berlanjut di sejumlah wilayah di Myanmar. Setelah serangkaian aksi kekerasan aparat, massa mengorganisasi dirinya dalam kelompok yang lebih kecil. Tujuannya adalah menghindari konfrontasi.

Menurut Assistance Association for Political Prisoners, setidaknya 570 pengunjuk rasa telah tewas sejak aksi demonstrasi menolak kudeta berlangsung pada awal Februari lalu. Dari korban-korban tersebut, sebanyak 47 di antaranya adalah anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement