Sarafian telah mendokumentasikan Masjid Kampong Hajijah pada tahun 1986 silam, ketika dia baru berusia 16 tahun. Hal inilah yang membuat dirinya tertarik pada fotografi warisan budaya. Semangat ini perlahan memudar setelah dia melanjutkan studinya, menikah dan memiliki anak, katanya.
"Foto-foto yang saya kumpulkan selama bertahun-tahun akhirnya terlupakan dan hilang," katanya.
Semangatnya muncul kembali pada tahun 2007, ketika dia menggali foto-foto lama dan mulai membagikannya di media sosial. "Posting saya tentang foto-foto lama Kampong Hajijah menarik perhatian Ibu Hanizah Abdul Ghani yang merupakan cicit dari Nyonya Hajijah, wanita yang membangun Masjid Hajijah pada tahun 1900," katanya.
Ibu Hanizah berbagi cerita tentang nenek buyutnya, dan ini mendorong Sarafian untuk "berpikir bahwa setiap masjid memiliki cerita yang bagus untuk diceritakan," tambahnya. Pria berusia 50 tahun, seorang insinyur mesin yang bekerja, yang juga menjadi sukarelawan sebagai pemandu wisata dengan organisasi nirlaba My Community, mengatakan jumlah masjid yang hilang di Singapura tidak terdokumentasi dengan baik.