Ahad 06 Jun 2021 10:12 WIB

Hamas: Kami tak Ambil Dana Rekonstruksi untuk Perlawanan   

Hamas mendukung sepenuhnya langkan rekonstruksi Gaza

Rep: Rizky Jaramaya / Red: Nashih Nashrullah
Mahmoud Al-Masri, 14, berdiri untuk potret di kamar tidurnya yang rusak ketika serangan udara menghancurkan gedung tetangga sebelum gencatan senjata yang menghentikan perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Rabu, 26 Mei 2021 , di Beit Hanoun, Jalur Gaza.
Foto: AP/John Minchillo
Mahmoud Al-Masri, 14, berdiri untuk potret di kamar tidurnya yang rusak ketika serangan udara menghancurkan gedung tetangga sebelum gencatan senjata yang menghentikan perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Rabu, 26 Mei 2021 , di Beit Hanoun, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, mengatakan pada Sabtu (5/6) bahwa dia mengharapkan terobosan besar dalam kondisi kemanusiaan dan ekonomi di wilayah Gaza. Hal ini disampaikan Sinwar dalam pertemuan dengan para akademisi di wilayah Gaza.

"Terobosan ini akan dirasakan rakyat Gaza pada tingkat kemanusiaan, kehidupan, dan keuangan," kata Sinwar, dilansir Anadolu Agency, Ahad (6/6).

Baca Juga

Sinwar menyatakan optimisme bahwa bantuan itu akan meringankan penderitaan rakyat Palestina di Gaza. Bantuan tersebut juga dapat membangun kembali wilayah dan perekonomian Gaza.

Sinwar juga berjanji untuk tidak menghalangi rekonstruksi di wilayah Gaza. Dia menekankan bahwa Hamas tidak akan mengambil sepeser pun dana yang digunakan untuk rekonstruksi.

"Kami tidak akan menghalangi jalan rekonstruksi Gaza, dan kami tidak akan mengambil dari dana rekonstruksi untuk kepentingan perlawanan. Kami akan tertarik untuk memfasilitasi tugas-tugas rekonstruksi dan menghidupkan kembali perekonomian," kata Sinwar.

Sebelumnya, Israel dan Hamas terlibat pertempuran selama 11 hari sejak 10 Mei lalu. Kedua belah pihak kemudian melakukan genncatan senjata yang ditengahi oleh Mesir, dan ymulai berlaku pada 21 Mei.

Serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat sejak pertengahan April menewaskan sedikitnya 289 orang, termasuk wanita dan anak-anak, dan meninggalkan jejak kehancuran. Pusat kesehatan dan kantor media, serta sekolah, termasuk di antara bangunan yang menjadi sasaran. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement