Jumat 25 Jun 2021 05:39 WIB

Ilmuwan Muslim di Masa Kejayaan Islam, Bahauddin Al Amili

Bahauddin Al Amili merupakan matematikawan dan astronomi termuka.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Astronomi Islam (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Astronomi Islam (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Salah seorang ilmuwan Muslim terakhir yang ada pada masa kejayaan Islam adalah Bahauddin Muhammad bin Husein bin Abdusshamad bin ‘Izzuddin al-Haritsi al-Amili. Dia merupakan matematikawan dan astronomi termuka. Selain itu, dia juga ahli dalam bidang ilmu hadits, fikih, filsafat, sejarah, dan sastra.

Biasa dipanggil al-Amili, ia lahir di Ba’labak Lebanon pada tahun 1547 Hijriah. Dia mengemban ilmu dari ayahnya yang juga seorang ulama bernama Abdullah al-Yazdi sehingga ia bisa berbahasa Persia dan Arab. Dia berkenala selama 30 tahun ke berbagai negara Islam untuk mencari ilmu, di antaranya ke Ashfahan, Mesir, Yerusalem, dan Aleppo.

Muhammad Gharib Jaudah menjelaskan dalam buku 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, ada beberapa rumus penemuan al-Amili. Misal, dia menemukan cara membuat akar pangkat yang sebenarnya untuk persamaan aljabar disebut cara Thariqatul Mizan (mencocokkan). Ini merupakan pengembangan dari cara yang ditemukan oleh al-Khawarizmi dan masih tetap digunakan hingga masa Isaac Newton.

Selama hidup, ia menulis 50 buku dalam berbagai cabang ilmu, seperti agama, bahasa, sastra, astronomi, dan matematika. Dalam bidang matematika, ia menulis kitab Khulashah Al-Hisab. Kitab ini terdiri dari sepuluh bab yang berisi penjelasan penting menghitung dengan mempraktikkan rumus mencocokkan angka. Selain itu, kitab ini juga terdiri dari pembahasan tentang keistimewaan angka sempurna, angka yang berdekatan, dan angka yang berkesesuaian.

Dalam bukunya, ia pun menjelaskan tentang cara mengukut jarak secara ilmiah dengan menyajikan dalil-dalil geometri untuk mengetahui kebenaran jalan yang diukur. Di antara topik pembahasan adalah cara mengukur perbedaan asal air untuk membuat kanal, cara menentukan ketinggian suatu benda, mengukur kedalaman sumur, mengukur ketinggian matahari tanpa menggunakan teropong, dan lain-lain.

Dalam bagian penutup, ia membahas masalah-masalah yang sulit untuk diselesaikan. Sayangnya, sebagian penemuan cara ini diklaim sebagai penemuan ahli matematika Prancis Pier de Parma. Al-Amili juga memiliki beberapa buku lain di bidang astronomi, yaitu Al-Mulakhkhash Fi Al Hai’ah, Tasyrih Al-Aflak, Risalah Fi Tahqiq Juhat Al-Qiblah, dan Ar-Risalah Al-Hatimiyyah Fi Al-Asthurlab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement