Kamis 08 Jul 2021 08:11 WIB

Keladi dan Filantropi: Tak Boleh Ada Rakyat yang Kelaparan

Filantropi adalah penghasil umbi kebaikan negeri,

Lembaga filantropi seperti pohon keladi. Foto ilustrasi sedekah.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Lembaga filantropi seperti pohon keladi. Foto ilustrasi sedekah.

Oleh : Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI

REPUBLIKA.CO.ID, Di tengah wabah Corona yang masih belum berlalu, orang-orang kini banyak berkantor di rumah alias WFH. Dengan banyak di rumah, ternyata orang mudah bosan alias "Gabut". Gabut sendiri merupakan istilah anak-anak muda sekarang yang menjelaskan tentang situasi seseorang yang sedang tidak ada kerjaan atau aktivitas. Umumnya orang yang dilanda rasa gabut cepat merasa bosan dan mudah badmood. sebagian bingung mau melakukan apa saat dilanda gabut.

Untuk menghilangkan kebosanan, sejumlah orang justru memanfaatkan waktunya untuk beragam kegiatan, ada yang memperdalam hobi, merawat binatang peliharaan, bersih-bersih rumah, membaca, memasak, menonton televisi atau film di komputer atau laptop. Tak jarang juga yang justru ngoprek tanaman hias di taman atau sudut rumah yang tersedia.

Merawat tanaman tak berarti hanya menanam. Ia juga menyiram, memupuk dan memastikan kebersihan tanaman dan lingkungan sekitarnya.

Di luar aktivitas perawatan utama tadi, ada beberapa hal lagi yang perlu dilakukan seperti membersihkan tanaman liar dan ranting yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman, memastikan tanaman tidak berhama, mengatur pencahayaan, kelembapan, kesuburan tanah, dan kondisi pot.

Bagi pecinta tanaman hias, tentu tak asing dengan tanaman keladi hias. Tanaman ini masih terus menjadi perbincangan para penyuka tanaman dan mereka yang punya hobi bertaman. 

Nama keladi berasal dari nama ilmiah caladium. Caladium merupakan salah satu marga dari keluarga talas-talasan atau family araceae. Keladi hias meskipun sudah umum dijumpai dan sangat akrab di Indonesia, sesungguhnya tanaman keladi hias bukan tumbuhan asli Indonesia.

Tumbuhan keladi hias berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Caladium lalu banyak dinaturalisasi di negara tropis seperti Indonesia. Caladium dapat tumbuh di area terbuka dengan tinggi 40-90 sentimeter dengan lebar daun 15-35 sentimeter.

Karakteristik Caladium yang khas tampak dari daun yang melebar. Warna dan bentuk daunnya yang cantik juga membuat keladi banyak disukai. Selain anak panah, bentuk daun Caladium juga dianggap mirip seperti hati, kuping gajah, dan sayap.

Dari awalnya yang berjumlah tujuh spesies yang ditemukan di Amerika, kini terdapat lebih dari 1.000 hasil kultivar atau varietas tanaman yang sudah dibudidayakan. Beberapa yang populer adalah Caladium Ace of Heart yang berbentuk seperti hati dan berwarna merah muda. Ada pula Caladium Candidum yang berwarna putih, serta Caladium Green Spider dengan campuran hijau dan merah dengan tekstur tulang daun seperti sarang laba-laba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement