Kamis 15 Jul 2021 15:36 WIB

Satgas Prediksi Penurunan Kasus Tercepat 3 Minggu ke Depan

Prediksi berdasarkan pengalaman lonjakan pertama pada awal tahun ini.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Ratna Puspita
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito
Foto: BNPB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, penurunan lonjakan kasus positif pada gelombang kedua pandemi kali ini baru bisa terlihat dalam tiga minggu ke depan. Prediksi ini berdasarkan dari pengalaman lonjakan pertama yang terjadi pada awal tahun ini.

“Berkaca dari pengalaman lonjakan pertama, maka penurunan paling cepat baru dapat terlihat dalam tiga minggu ke depan,” ujar Wiku saat konferensi pers, Kamis (15/7).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pada lonjakan kasus pertama membutuhkan waktu 13 minggu untuk dapat mencapai puncak kasus sebelum akhirnya kasus mulai menurun perlahan. Sebelum mengalami lonjakan, pemerintah menerapkan kebijakan PSBB ketat di DKI Jakarta selama empat minggu.

Kemudian, PSBB ketat itu dilonggarkan menjadi PSBB transisi selama 13 minggu. Selama periode ini, kasus pun meningkat cukup tajam akibat periode libur panjang Natal dan tahun baru 2021. 

Pemerintah  kemudian melakukan intervensi kebijakan yang lebih ketat, yaitu PPKM Jawa-Bali, setelah kenaikan kasus sudah berlangsung selama 10 minggu. Dampak dari intervensi kebijakan ini terlihat selang tiga minggu di mana akhirnya kasus dapat turun dan penurunannya bertahan hingga 15 minggu.

Jika dilihat pada kondisi lonjakan kasus saat ini di mana kenaikan kasus mulai terjadi pada minggu ke-9 dan intervensi kebijakan pengetatan dimulai sejak minggu ke-8 maka penurunan kasus saat ini pun paling cepat baru dapat terlihat dalam tiga minggu ke depan. 

Satgas mencatat, pada periode lonjakan pertama terdapat sekitar 45 ribu tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit rujukan Covid-19 serta 2.700 tempat tidur di rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Sedangkan jumlah laboratorium Covid-19 yang beroperasi saat itu mencapai 223 laboratorium dengan capaian pemeriksaan sekitar 70 persen dari standar WHO.

Pada kondisi lonjakan kasus di gelombang kedua ini, kapasitas rumah sakit dan laboratorium yang disediakan juga semakin meningkat yakni sekitar 120 ribu tempat tidur isolasi dan ICU serta 7.930 tempat tidur di rumah sakit darurat Covid-19 Wisma Atlet. Sedangkan jumlah laboratorium saat ini terdapat 742 dengan capaian pemeriksaan lebih dari 300 persen dari standar WHO.

“Tentunya berbagai evaluasi dan peningkatan upaya penanganan terus dilakukan agar penurunan kasus dapat terlihat sesegera mungkin,” kata dia.

Wiku mengatakan, saat ini pemerintah terus berkoordinasi dengan pemda untuk memantau kapasitas tempat tidur di rumah sakit wilayah masing-masing. Jika konversi tempat tidur sudah melebihi 40 persen maka rumah sakit darurat atau rumah sakit lapangan khusus Covid-19 perlu segera difungsikan.

“Penambahan tempat isolasi terpusat juga perlu menjadi fokus utama untuk menurunkan beban rumah sakit,” ujar Wiku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement