Sabtu 28 Aug 2021 15:39 WIB

Memajukan Indonesia Itu Alam Pikiran Muhammadiyah

Tema Muktamar Muhammadiyah tidak mulukk-muluk.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Subarkah
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir
Foto: istimewa
Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menerangkan alasan Muktamar Muhammadiyah ke-48 mengusung tema "Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta." Dalam hal ini, Prof Haedar menerangkan mengapa temanya memajukan Indonesia.  

Prof Haedar mengatakan, tema Muktamar ini bukan tema yang muluk-muluk. Sebenarnya ini tema yang bagus dan membumi di dalam kehidupan Muhammadiyah, kaum Muslimin dan bangsa Indonesia.

"Jadi tema ini bukan tema yang melangit, jadi jangan punya anggapan temanya tinggi, ini temanya yang membumi dan menjadi bahasa sehari-hari kita," kata Prof Haedar saat pidao dalam acara Refleksi HUT Kemerdekaan RI ke-76 dan Menyongsong Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta, Sabtu (28/8).

Ia menerangkan, alasan mengangkat tema memajukan Indonesia. Memajukan Indonesia itu karena jiwa Muhammadiyah, alam pikiran Muhammadiyah, dan langkah-langkah Muhammadiyah berpijak kepada Islam berkemajuan.

 

"Jadi kenapa kita mengusung tema memajukan Indonesia karena Muhammadiyah ini jiwanya, alam pikirannya dan langkah-langkahnya berdasarkan pada pandangan Islam berkemajuan," ujarnya.

Ia menjelaskan, Islam berkemajuan itu memang karakternya Islam, bukan hanya diusung oleh Muhammadiyah. Memang jiwa dan karakter Islam itu berkemajuan, tidak berkemunduran.

"Bahkan Nabi akhir zaman kita (Nabi Muhammad SAW) itu juga mempelopori itu (Islam berkemajuan) maka kita berittiba kepadanya, Islam berkemajuan," jelasnya.

Prof Haedar kemudian mengutip Surah Al-Hasyr Ayat 18. Artinya, wahai orang-orang yang beriman hendaknya engkau bertakwa kepada Allah dan hendaklah engkau memperhatikan tentang masa depan di hari akhir, dan hendaklah kalian bertakwa kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan.

Ia menerangkan, bertakwa itu berhati-hati, seksama, waspada dan takut kepada Allah. Serta segala hal yang membuat diri ini menjadi orang yang selalu berada di dalam garis kebenaran, garis kebaikan, garis nilai-nilai Ilahi, dan garis nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Sehingga hidup menjadi baik. Karena ketika mau menyimpang atau berbuat dosa, ingat Allah Maha Mengawasi.

Ia juga menerangkan, dalam ayat tersebut dijelaskan agar memperhatikan masa depan. Masa depan yang terjauh dan utama adalah akhirat, tapi untuk sampai ke akhirat itu hanya lewat dunia.

"Maka kita harus menjalani kehidupan dunia dengan  berpikir yang selalu berorientasi ke depan, sesuatu yang baik, yang maju, yang utama, itu ciri dari kemajuan orang Islam dan ciri kemajuan Muhammadiyah," ujarnya.

Prof Haedar juga menerangkan sebab turunnya ayat ini. Sebabnya ada kelompok orang, mereka tertinggal dan terbelakang serta compang-camping datang ke Madinah. Kedatangan meraka membuat kaget para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Tapi Nabi Muhammad SAW mengatakan, orang-orang itu harus diberdayakan. Rasulullah menyuruh untuk mendidik dan mengajari mereka tentang pentingnya masa depan.

"Maka kesimpulannya orang Islam, orang Muhammadiyah jangan tertinggal secara ekonomi, tertinggal secara politik, tertinggal secara ilmu pengetahuan, tertinggal dari segi peradaban dan segala macam, tertinggal dari penguasaan iptek," jelasnya.

Ia menegaskan, umat Islam harus menjadi umat yang terbaik. Dalam konteks kemajuan, Islam mengajarkan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Maka jangan memandang dunia ini negatif, kesuksesan itu negatif dan keberhasilan itu negatif. Sehingga selalu mencela orang yang kaya, sukses, dan berkuasa, karena itu mentalitas kaum terjajah yang selalu curiga pada hal-hal yang maju.

"Kiai Dahlan (pendiri Muhammadiyah) itu mendobrak itu, Islam itu harus berubah ke arah yang lebih baik, dengan cara belajar kehidupan, belajar ilmu pengetahuan, belajar agama lebih baik dan semua hal, harus belajar dan terus belajar dan belajar itu tidak kenal usia," ujar Prof Haedar.

Ia mengingatkan, banyak orang yang semakin tambah usianya tapi tidak semakin arif dan bijaksana dalam kehidup, karena tidak mau belajar tentang hidup. Maka kaum milenial sekarang harus belajar lebih gigih.

Ia juga menegaskan, orang Islam itu memang harus berkemajuan dengan cara berbuat yang terbaik, itu yang disebut amal sholeh. Amal sholeh itu membuat manusia merajut masa depan dan memajukan kesuksesan dalam hidup dan segala macamnya dengan perbuatan dan langkah-langkah nyata. Dengan semua itu dampaknya bangsa dan umat menjadi maju.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement