Selasa 31 Aug 2021 17:35 WIB

Cara Taliban Merayakan Kepergian Pasukan AS

Taliban dilaporkan memamerkan senjata AS dan mengenakan seragam pasukan Amerika.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang pejuang Taliban berjaga di depan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan AS di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara internasional Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Seorang pejuang Taliban berjaga di depan Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan AS di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara internasional Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkannya landasan pacu, menandai berakhirnya perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Tembakan perayaan bergema di seluruh Kabul pada Selasa (31/8). Taliban menguasai bandara sebelum fajar, setelah penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) terakhir yang menandai berakhirnya perang 20 tahun.

Rekaman video amatir yang didistribusikan oleh Taliban menunjukkan para milisi memasuki bandara setelah pasukan AS terakhir terbang dengan pesawat C-17 satu menit sebelum tengah malam. Anggota Taliban dilaporkan memamerkan senjata AS dengan mengenakan seragam tentara AS.

Baca Juga

"Ini adalah hari bersejarah dan momen bersejarah," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pada konferensi pers di bandara setelah pasukan pergi.

"Kami bangga dengan momen-momen ini, bahwa kami membebaskan negara kami dari kekuatan besar," ujar Mujahid.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken  menyatakan, sebuah kontingen AS diperkirakan sebagai kurang dari 200 atau mungkin mendekati 100, ingin pergi tetapi tidak bisa mendapatkan penerbangan terakhir. Sedangkan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebutkan jumlah warga negara Inggris di Afghanistan dalam jumlah ratusan, menyusul evakuasi sekitar 5.000.

Komandan AS Komando Pusat, Jenderal Frank McKenzie, mengatakan pada pengarahan Pentagon bahwa kepala diplomat AS di Afghanistan, Ross Wilson, berada di penerbangan C-17 terakhir. "Kami tidak mengeluarkan semua orang yang ingin kami keluarkan. Tapi saya pikir jika kami tinggal 10 hari lagi, kami tidak akan mengeluarkan semua orang," ujarnya.

Perang terpanjang AS itu merenggut nyawa hampir 2.500 pasukan AS dan diperkirakan 240.000 orang Afghanistan meninggal. Perang itu pun menelan biaya sekitar 2 triliun dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement