IHRAM.CO.ID, LONDON – Guru di Inggris melaporkan adanya peningkatan pandangan ekstremis dan teori konspirasi di antara siswa. Mereka memperingatkan, tanpa dana dan dukungan untuk mencegahnya, ide-ide seperti itu akan terus menyebar.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institute of Education, pendekatan pemerintah dalam menangani ekstremisme di sekolah difokuskan pada mengidentifikasi tanda-tanda radikalisasi daripada membimbing anak-anak tentang cara menolak pemikiran dan gagasan ekstremis.
“Ini adalah peringatan bagi kita semua. Kita tahu saat ini para ekstremis sedang mencoba untuk memikat anak muda ke dalam dunia yang penuh kebencian dan kekerasan, baik secara daring maupun langsung,” kata salah seorang anggota penelitian, Kamal Hanif, dilansir Anadolu Agency, Rabu (8/9).
Hanif menyebut masyarakat harus menggunakan pendidikan untuk membantu anak muda melawan ekstremisme dan kekerasan. Dalam hal ini, pemerintah dinilai perlu membuat kurikulum khusus untuk diskusi terbuka tentang ekstremisme.
Para peneliti mewawancarai sekitar 96 guru di seluruh sekolah di Inggris. Penelitian tersebut menemukan lebih dari setengah pejabat sekolah telah menemukan atau mendengar anak-anak mengekspresikan pandangan mendukung ideologi sayap kanan. Sementara tiga perempat anak-anak menampilkan opini Islamofobia dan misoginis.
Selain itu, hampir semua siswa menggunakan bahasa rasis dengan 90 persen dari mereka percaya pada konspirasi tak berdasar yang dilakukan oleh sayap kanan. Guru mengungkapkan kekhawatiran mereka untuk membahas topik sensitif karena takut siswa akan bereaksi dengan cara yang kasar secara verbal.
Menurut penelitian, seperlima dari guru yang diwawancarai tidak merasa cukup percaya diri untuk mengadakan diskusi dan debat dengan siswa yang menyatakan dukungan untuk pandangan sayap kanan dan teori konspirasi.
Sebagai bagian dari saran yang diberikan kepada pemerintah, Institut Pendidikan yang dijalankan oleh University College London, merekomendasikan agar sekolah memperkuat kebijakan anti-diskriminasi, mempromosikan kesempatan bagi semua anak untuk mengadakan diskusi terbuka, dan meningkatkan pengajaran literasi kritis. Ini berguna supaya anak memahami perbedaan antara fakta dan opini.
Departemen pendidikan mengatakan penelitian tersebut adalah contoh seberapa percaya diri guru dalam mengajar tentang isu terkait ekstremisme dan pemerintah telah menyediakan sejumlah sumber daya bagi sekolah untuk mengatasi ancaman ekstremisme.
“Kurikulum Pendidikan Hubungan, Seks, dan Kesehatan yang baru mengharuskan siswa usia sekolah menengah untuk mengetahui undang-undang yang berkaitan dengan terorisme dan kejahatan rasial. Situs web Educate Against Hate menampilkan lebih dari 150 sumber daya gratis untuk membantu siswa, guru, dan orang tua mengatasi radikalisasi dalam segala bentuknya,” kata departemen itu.
Sebuah laporan dari The Guardian pada bulan Agustus mengungkapkan peningkatan jumlah anak kecil yang diradikalisasi oleh kelompok-kelompok ekstremis sayap kanan. Sebanyak 13 persen dari penangkapan anti-teror termasuk anak muda di bawah usia 18 tahun. Sementara orang-orang di bawah usia 24 tahun mewakili hingga 60 persen dari penangkapan anti-teror sayap kanan